Soloraya
Selasa, 5 September 2023 - 08:56 WIB

Tukang Kayu di Sragen Bikin Buku, Ungkap Serangan Belanda ke Saren Kalijambe

Tri Rahayu  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tukang kayu asal Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Rudiyanto, bercerita tentang sejarah desa dalam momentum peringatan HUT Kemerdekaan RI di balai desa setempat, Minggu (3/9/2023). (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Meski sudah memasuki September, warga di Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Sragen, masih menggelar peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan RI.

Ada yang berbeda dalam peringatan yang bertempat di Balai Desa Saren, Minggu (3/9/2023). Seorang tukang kayu diminta bercerita tentang sejarah desa lantaran sudah menuliskan sejarah itu dalam sebuah buku dan diterbitkan belum lama ini.

Advertisement

Rudiyanto, demikian nama tukang kayu asli kelahiran Saren itu. Ia meneliti sejarah desanya selama setahun dan membuahkan sebuah buku yang berjudul Saren, Sejarah Tanah Leluhur.

Buku itu dijual dengan harga Rp75.000 per eksemplar. Pada momentum HUT Kemerdekaan itu, Rudiyanto diminta mengisahkan sekelumit sejarah perang kemerdekaan.

Advertisement

Buku itu dijual dengan harga Rp75.000 per eksemplar. Pada momentum HUT Kemerdekaan itu, Rudiyanto diminta mengisahkan sekelumit sejarah perang kemerdekaan.

“Pada Jumat Kliwon, 18 Maret 1949, Desa Saren diserang Belanda secara besar-besaran. Dalam operasi itu pasukan Belanda menurunkan delapan truk pasukan infantri dan juga pesawat udara. Desa Saren, Salam, Plawar, Wonosari, dan Samberembe dibakar,” ujar Rudiyanto mengulang ceritanya yang disampaikan kepada Solopos.com lewat WhatsApp (WA), baru-baru ini.

Rudi pernah mengikuti pelatihan menulis di Solopos beberapa waktu lalu dengan pemateri Almarhum Mulyanto, dan pimpinan redaksi Solopos, seperti Rini Yustiningsih dan Syifaul Arifin.

Advertisement

“Penelitian dilakukan mandiri, tidak ada yang mendanai. Saya mencetak 70+25 eksemplar saja. Maklum, tukang kayu. Buku itu saya jual Rp75.000/eksemplar. Dengan harga itu, hitung-hitungan bisnis tidak menutup biaya. Bagi saya ada kepuasan dalam bekarya,” katanya.

Rudi menyuplik cerita dalam bukunya tentang Saren yang dulu menjadi markas pejuang kemerdekaan dan menjadi sasaran operasi militer besar-besaran oleh Belanda pada agresi militer II tahun 1949.

Dia menyebut di Saren ini juga menjadi basis pasukan Hizbullah pada saat itu sehingga pernah masuk dalam surat kabar Belanda di zaman kolonial.

Advertisement

Dia mengatakan Saren juga melahirkan tokoh-tokoh seperti Demang Wongso Widjoyo dan H. Muhammad Yusuf yang hidup di zaman kolonial Belanda.

“Demang Wongso ini ceritanya masih keturunan bangsawan keraton tetapi belum bisa melacak karena minim informasi. Tentang asal-usul Saren pun ada beberapa versi. Versi-versi itu saya tuliskan di buku itu,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif