Soloraya
Selasa, 18 Oktober 2022 - 23:30 WIB

Tunggu Kementerian, Status Wabah PMK Boyolali Belum Dicabut meski Kasus Menurun

Nova Malinda  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali, Lusia Dyah Suciati, saat diwawancara mengenai kasus penyakit mulut dan kulit pada ternak di Boyolali, Selasa (18/10/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali, Lusia Dyah Suciati mengatakan kasus penyakit mulut dan kulit (PMK) pada ternak sapi di Boyolali semakin landai pada Oktober 2022. Namun demikian, status PMK masih menjadi wabah di Indonesia.

“PMK sudah mulai melandai [di Boyolali], secara umum kasus kami sudah menurun terus. Untuk status wabah PMK yang mencabut itu kementerian, mungkin setelah kementerian melakukan surveilans sampai zero chase, kalau belun zero chase kemungkinan belum dicabut,” ucap dia saat ditemui wartawan di kantornya.

Advertisement

Karena hal itu berkaitan dengan lalulintas ternak, Lusia mengatakan kebijakan status wabah PMK ditetapkan secara serentak dibawah naungan Kementerian Pertanian (Kementan).

Berdasarkan data yang diperbarui pada Senin (17/10/2022), kasus suspek PMK di Boyolali ada sejumlah 5.842 ekor. Ada penambahan hewan ternak yang sembuh sebanyak 114 ekor, total hewan yang sembuh menjadi 5.006 ekor.

Advertisement

Berdasarkan data yang diperbarui pada Senin (17/10/2022), kasus suspek PMK di Boyolali ada sejumlah 5.842 ekor. Ada penambahan hewan ternak yang sembuh sebanyak 114 ekor, total hewan yang sembuh menjadi 5.006 ekor.

Kemudian, kasus PMK di Boyolali masih menyisakan 621 ekor. Sementara itu, data menunjukkan tidak ada tambahan kasus positif, suspect, maupun kematian hewan ternak akibat PMK di Boyolali, pada Minggu (16/10/2022).

Baca juga: Kementan: 14,8 Juta Ternak Harus Dipasangi Anting Ear Tag Tahun Ini

Advertisement

Penandaan tersebut dilakukan menggunakan sistem eartag.

Semua sapi dan kerbau yang ada di Boyolali akan ditandai menggunakan eartag. Eartag merupakan perangkat berupa barcode yang dipasangkan di telinga hewan ternak, untuk memberikan informasi soal identitas dan kesehatan hewan yang bersangkutan.

Barcode itu akan dipindai atau discan menggunakan alat geo tagging. “Jadi hewan ternak pemilik siapa, kondisi kesehatan, dan lokasinya pakai geo tagging akan diketahui,” kata dia.

Advertisement

Kondisi kesehatan sapi tersebut juga berkaitan dengan status vaksinasi hewan sapi dan kerbau di Boyolali. Vaksinasi itu dibagi menjadi tiga tahapan, kata Lusia, yang meliputi vaksinasi tahap pertama, kedua, dan booster setelah enam bulan kemudian.

Baca juga: Tanggulangi Wabah PMK di Boyolali, Pemkab Mulai Data Ternak Sapi dan Kerbau

“Kasus PMK di Boyolali sudah menurun terus, tetapi kami saat ini melakukan vaksinasi seperti penanganan COVID-19, yakni dosis pertama, kedua dan ternak enam bulan kemudian vaksinasi dosis ketiga booster (penguat),” kata

Advertisement

Lusia berharap ketika hewan ternak semua bisa tervaksin, imunitasnya semakin membaik.

Melihat ke depan, Lusia mengatakan akan ada kebijakan hewan ternak yang mengatur lalulintas atau jualbeli hewan ternak, minimal sudah dilakukan vaksinasi sekali atau dinyatakan sehat oleh dokter yang berwenang.

“Orang bisa mengetahui hewan sapi sudah divaksin sekali atau dua kali dari barcode itu. Jadi sapi yang dijualbelikan harus sudah berbarcode atau bertanda. Di Boyolali sapi dan kerbau yang sudah barcode hingga sekarang sudah 800-an ekor,” ucap dia.

Lusia menargetkan semua populasi sapi dan kerbau di Boyolali bisa dipasangi eartag barcode, dengan total populasi di Boyolali mencapai 200.000 ekor. Namun, hasil pendataan ulang tahun ini, populasi tersebut tersisa sekitar 160.000 ekor.

Baca juga: Hore! Kasus PMK Boyolali Melandai, Nol Penambahan hingga Oktober Ini

“Kami akan percepat pemasangan barcode, diharapkan hingga akhir tahun ini, dapat diselesaikan. Pemasangan eartag ini, petugas langsung mendatangi ke kandang-kandang ternak,” jelas dia.

Sementara itu, hingga saat ini, kata Lusia, belum semua sapi dan kerbau mendapatkan vaksinasi dosis pertama.

“Kegiatan vaksinasi dosis I sebanyak 4.896 ekor, revaksinasi 3.858 ekor dan tambahan vaksinasi dosis I sebanyak 12.841 ekor. Kami akan [melakukan] percepatan vaksinasi agar imun hewan ternak semakin terbentuk baik,” kata dia.

Menurut Lusia, sapi yang sudah divaksin mempunyai kekebalan sekitar 80 persen. Untuk sapi yang PMK kemudian sembuh, sapi tersebut disarankan untuk segera divaksin, agar imunitasnya terbentuk.

Baca juga: Sah! 5 Pasar Hewan di Boyolali Sudah Dibuka, 3 Masih Tahap Uji Coba

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif