Soloraya
Rabu, 18 Oktober 2023 - 16:40 WIB

Turun 0,07 Persen, Kemiskinan Sragen Masih Tertinggi Kedua di Soloraya

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kehidupan di desa yang belum lepas dari jerat kemiskinan. (kemendesa.go.id)

Solopos.com, SRAGEN — Angka kemiskinan di Sragen pada 2023 hanya turun 0,07% bila dibandingkan angka kemiskinan pada 2022. Persentase kemiskinan di Sragen tahun ini sebesar 12,87%, tahun lalu 12,94%.

Dilihat dari jumlahnya, Sragen menduduki posisi kedua sebagai kabupaten dengan penduduk miskin terbanyak kedua di Soloraya setelah Klaten. Tetapi jika dilihat dari dari persentasenya maka Sragen menjadi kabupaten dengan kemiskinan tertinggi di Soloraya.

Advertisement

Data tersebut dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 17 Oktober 2023 lalu. Data tersebut juga sudah diserahkan kepada Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Kepala BPS Kabupaten Sragen, Cahyo Kristiono, saat dihubungi Espos, Rabu (18/10/2023), menjelaskan penurunan kemiskinan se-Soloraya tertinggi ada di Solo yakni sebesar 0,4%. Sragen menjadi yang kedua meski penurunan kemiskinan nya tidak terlalu besar.

Dia menerangkan kemiskinan itu dinamis karena data orang miskin itu keluar masuk yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Ada warga yang awalnya berada di rentan kemiskinan lalu jatuh ke garis kemiskinan karena goncangan ekonomi rumah tangga, seperti terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Advertisement

Kemudian ada pula yang jadi miskin karena faktor cuaca yang ekstrem, seperti petani yang mengalami gagal panen karena kekeringan. “Kemudian adanya bencana yang merusak aset rumah tangga juga berakibat rumah tangga turun ke garis kemiskinan,” jelasnya.

Tingginya angka pengangguran juga berpengaruh pada tingginya beban hidup sehingga rumah tangga jatuh miskin. Kalau dikaitkan dengan ekonomi makro dengan tingginya suku bunga, Cahyo mengatakan ada perubahan perilaku masyarakat yang memilih untuk menabung atau saving sehingga uang yang beredar di masyarakat berkurang.

Dari segi tenaga kerja, perubahan sistem karyawan tetap menjadi sistem kontrak jangka pendek juga berpengaruh pada tidak adanya jaminan bagi buruh untuk bisa memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Advertisement

Cahyo mengatakan program Desa Tuntas Kemiskinan (Tumis) yang dilakukan Pemkab bisa mengentaskan kemiskinan. Tetapi ada faktor eksternal yang menjadi kendala, seperti cuaca ekstrem dan seterusnya.

Garis kemiskinan di Sragen secara total sebesar Rp426.482 per kapita per bulan. Angka tersebut meningkat 9,56% dibandingkan garis kemiskinan 2022.

Sementara itu, Bupati Yuni menerangkan kendati angka penurunan kemiskinan pada 2023 turun sedikit, masih lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. “Kalau tidak ada intervensi lewat Desa Tumis maka tidak mungkin angka kemiskinan bisa turun. Penurunan kemiskinan Sragen di Soloraya itu paling tinggi kedua setelah Solo. Turunnya kisaran 0,01%-0,07%,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif