Soloraya
Sabtu, 18 Desember 2021 - 17:53 WIB

Umat Paroki Wedi Bikin Pohon Natal Unik dari Lidi, Ini Pesan Moralnya

Taufiq Sidik Prakoso  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Umat Katolik Gereja Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi, Desa Gadungan, Kecamatan Wedi membikin pohon Natal dari sapu lidi, Sabtu (18/12/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

SOlopos.com, KLATEN — Menjelang perayaan Natal 2021, umat Katolik Gereja Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi, Desa Gadungan, Kecamatan Wedi, Klaten, menggelar berbagai persiapan. Salah satunya membikin pohon Natal unik.

Bukan replika pohon atau menggunakan pohon sebenarnya. Pohon Natal yang mereka bikin menggunakan sekitar 750 sapu atau 150.000 batang lidi. Pohon Natal sapu lidi itu tingginya 7,5 meter, berbentuk kerucut dengan diameter bawah sekitar 2,5 meter. Pohon itu dibikin umat gereja setempat sejak Selasa (14/12/2021) dan diperkirakan rampung pekan depan.

Advertisement

Tim Kerja Kreatif Gereja Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi, Antonius Supriyadi, 50, mengatakan sapu lidi tersebut berasal dari sumbangan umat lingkungan gereja.

Baca Juga: Pedagang Pasar Cawas dan Bayat Klaten Mengadu ke DPRD, Ada Apa?

Advertisement

Baca Juga: Pedagang Pasar Cawas dan Bayat Klaten Mengadu ke DPRD, Ada Apa?

“Kami membuat pohon Natal ini sebagai semangat kekompakan dari seluruh umat Paroki Wedi dalam gerak langkah bangkit dari pandemi untuk meneruskan hidup lebih baik. Filosoi kedua, bahwa sapu terbentuk dari banyak lidi yang disatukan dengan suh [tali pengikat sapu]. Lidi itu umat dan pengikatnya itu itu Tuhan Yesus yang hadir di dunia menyatukan umat,” kata Supriyadi saat ditemui wartawan di sela pembuatan pohon Natal, Sabtu (18/12/2021).

Supriyadi menjelaskan pohon Natal itu bakal berdiri di halaman gereja hingga dua pekan setelah hari Natal. Sapu-sapu pembentuk pohon Natal itu bakal dibagikan ke gereja dan kapel setempat dan umat atau warga yang membutuhkan agar tetap bisa dimanfaatkan.

Advertisement

Baca Juga: Rumpun Bambu Rimbun Picu Banjir Besar di Klaten

“Maka dengan pohon Natal ini, kami mengambil filosofi kalau bersatu bisa membuat segala sesuatu itu indah dan menjadi lebih baik. Sapu juga dipakai untuk membersihkan. Kalau tidak diikat dalam satu kesatuan hasilnya tidak baik,” kata dia.

Di antara umat yang membangun pohon Natal, ada anggota dengan disabilitas. Nyaris saban hari dia datang ke gereja untuk ikut mendirikan pohon Natal. Umat itu adalah adalah Ignasius Yunanto, 60. Meski dia kehilangan salah satu kaki dan berjalan dibantu menggunakan kruk, Yunanto sesekali naik perancah untuk memasang sapu.

Advertisement

“Prinsip saya, selama saya mampu berjalan tetap saya kerjakan. Ini juga memotivasi teman-teman lainnya,” jelas dia.

Baca Juga: Pengungsi Banjir Klaten Mulai Terkena Penyakit

Yunanto mengatakan untuk membangun pohon Natal itu dibutuhkan bambu sebagai rangka serta sekitar 750 sapu. Masing-masing sapu terdiri 100-200 lidi. “Kemarin itu sempat waswas dalam pengadaan sapu. Ternyata umat antusias untuk menyumbang sapu,” urai dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif