SOLOPOS.COM - HANYA BERTIGA -- Tiga siswa Kelas VI SDN IV Basuhan, Eromoko, Wonogiri, tengah mengerjakan soal ujian nasional di dalam kelas, Selasa (8/5/2012). Hanya merekalah siswa peserta UN di sekolah terpencil itu. (JIBI/SOLOPOS/Ayu Abriyani KP)

HANYA BERTIGA -- Tiga siswa Kelas VI SDN IV Basuhan, Eromoko, Wonogiri, tengah mengerjakan soal ujian nasional di dalam kelas, Selasa (8/5/2012). Hanya merekalah siswa peserta UN di sekolah terpencil itu. (JIBI/SOLOPOS/Ayu Abriyani KP)

WONOGIRI – Bagaimana rasanya mengerjakan soal ujian nasional (UN) dengan hanya bertiga tanpa ada siswa lain? Inilah yang dialami Gunawan Prastyo, Endaryanto dan Dwi Novitasari, siswa SDN IV Basuhan, Kecamatan Eromoko, Wonogiri.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Mereka bukanlah sisa jumlah siswa dari ruangan lain. Tapi, di kelas itu memang tidak ada siswa lain selain mereka bertiga. Pasalnya, sekolah yang berada di wilayah perbukitan karst yang berbatasan dengan Ponjong, Wonosari, Gunung Kidul itu mendapat SK terpencil tahun 1984.

“Sekolah ini hanya terdiri dari tiga lokal kelas. Kelas satu dan dua digabung di dalam satu ruang yang disekat, begitu juga dengan kelas tiga dan empat. Kelas enam memiliki ruang sendiri yang bisa dibilang sempit. Dan untuk kelas lima, kami tidak memiliki murid sama sekali. Jadi tidak disediakan ruangan,” ungkap Kepala SDN IV Basuhan, Sumadi.

Maka, pada ujian tahun 2013, sekolah itu tidak melaksanakan ujian nasional karena tidak ada pesertanya. Jumlah siswa di sekolah itu saat ini ada 22 anak, yakni empat anak di kelas satu, lima anak di kelas dua, empat anak di kelas tiga, enam anak di kelas empat dan tiga anak di kelas enam. Sekolah itu hanya memiliki sedikit murid karena jaraknya yang terpencil.

Sekolah itu memang ditujukan bagi dua dusun dan jika digabung maka akan memberatkan anak-anak karena jaraknya yang jauh dengan SD lain. Jika digabung dengan SD I Basuhan jaraknya enam kilometer, ke SD II Basuhan jaraknya juga sekitar enam kilometer dan ke SD III Basuhan sekitar 9 kilometer.

Di sekolah itu ada sepuluh pegawai yang terdiri dari enam PNS, tiga tenaga WB, dan satu orang penjaga. Hanya kepala sekolah yang berasal dari wilayah Wonogiri, sedangkan guru PNS lainnya berasal dari Ponjong dan Rongkop (Wonosari), Ponorogo, dan Nganjuk.

Terus Berkurang
“Walaupun sekolah terpencil, dari 43 SD di Kecamatan Eromoko, SD IV Basuhan masuk ke peringkat ketiga ujian nasional tahun ajaran 2010/2011. Di awal tahun 1990-an, jumlah siswa di SD ini antara 60 hingga 70 siswa. Tapi, hingga kini berangsur menurun,” imbuhnya.

Sementara itu, dua peserta ujian nasional dipastikan tidak mengikuti UN. Dua murid yang sempat izin sakit itu ternyata keluar dari sekolah. Pada hari kedua, jumlah siswa tidak ikut UN bertambah dua siswa, sehingga jumlah total menjadi lima anak.

“Dua peserta yang keluar berasal dari SDN 1 Kedungringin, Wonogiri Kota dan SDN 1 Wonoharjo, Wonogiri Kota,” Kepala Dinas Pendidikan, Siswanto, Selasa. Pihaknya mengetahui hal itu setelah mengecek lagi ke pihak sekolah dan ternyata dua anak itu ikut keluarga di Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya