SOLOPOS.COM - Aktivitias jual-beli sapi di Pasar Hewan Pracimantoro, Wonogiri yang buka setiap Wage, Kamis (9/3/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Selepas Subuh, Hadi Sarmono menaikkan enam sapi dari kandang ke bak truk terbuka di Desa/Kecamatan Pracimantoro. Sapi-sapi itu bakal ia jual di Pasar Sapi yang hanya buka setiap Wage (hari pasaran dalam kalender Jawa).

Sarmono, begitu ia kerap disapa berencana menjual enam sapi yang sudah ia rawat sejak masih seumur jagung. Saat itu sapi-sapinya sudah berusia 1,5 tahun.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ia berniat menjual seharga sekitar Rp17 juta. Menurut Sarmono, harga normal sapi dengan umur 1,5 tahun bisa mencapai Rp19-Rp20 juta.

“Ini termasuk murah. Harganya sedang jatuh sejak tiga pekan terakhir ini karena muncul penyakit lato-lato [lumpy skin disease atau LSD],” kata Sarmono saat berbincang dengan Solopos.com di Pasar Hewan Pracimantoro, Kamis (9/3/2023).

Kendati demikian, Sarmono tetap ingin menjual sapi ternaknya itu dan membeli akan membeli sapi lain yang lebih kecil. Sarmono sudah menekuni jual beli sapi sejak 1965-an, sejak dia masih remaja. Usaha jual beli sapi dia lakukan bersamaan dengan bertani.

“Itu satu paket. Bertani tanpa ternak itu eman-eman. Sebaliknya, kalau angon sapi tapi enggak bertani juga susah,” ucap dia.

Sarmono tiba di Pasar Hewan sekitar pukul 06.00 WIB. Dia segera menurunkan enam sapi dan mengaitkan talinya ke tiang-tiang yang sudah tersedia.

Sapi milik Sarmono melengkapi ratusan sapi milik orang dari berbagai daerah dari Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah tiba lebih dulu.

Tidak perlu membutuhkan waktu lama bagi Sarmono untuk mendapatkan tawaran dari pembeli. Rp16 juta untuk satu sapi tawaran itu dilontarkan pembeli kepadanya.

Sebuah koin mata uang Rp500 diserahkan dari pembeli ke Sarmono. Koin diterima namun dikembalikkan lagi kepada pembeli.

Situasi berulang beberapa kali hingga Sarmono tak sudi lagi menerima koin putih itu. Proses terima-tolak koin itu rupanya bagian dari negosiasi untuk mencapai kesepakatan harga.

“Memang begitu cara negosiasinya. Pakai koin. Sebelum harganya disepakati, antara pembeli-penjual negosiasi pakai perantara koin,” ucap dia.

Sarmono menjelaskan, kalau harga mencapai kesepakatan, maka koin penawaran dari pembeli tidak dikembalikan, melainkan disimpan oleh penjual.

Sebaliknya, jika tak mencapai kesepakatan harga, penjual akan menolak koin tersebut dan mengembalikkan kepada penawar.

Salah satu pembeli, Giyanto, mengamini perkataan Sarmono. Tradisi negosiasi menggunakan koin itu sudah berlangsung lama, turun-temurun sejak zaman dulu.

Pada kesempatan itu, Giyanto yang menawar sapi milik Sarmono tidak mencapai kesepakatan harga. Sarmono kekeh ingin mendapatkan harga Rp17 juta/ekor sapi sementara Giyanto menawar Rp16 juta/ekor sapi.

“Sebenarnya mau beli banyak [sapi] tapi sedikit yang cocok. Kondisi pasar begini [harga sapi anjlok] enggak berani beli dengan harga tinggi,” kata Giyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya