SOLOPOS.COM - Belasan penari balet pentas di Pasar Gede Solo dalam serangkaian Festival Payung Indonesia ke-10, Minggu (10/9/2023). (Solopoa.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Di tengah Pasar Gede yang sesak pembeli dan pedagang tampil tari balet dan pagelaran wayang di depan pintu pasar, Minggu (10/10/2023) siang.

Sontak pengunjung langsung memadati depan pintu utama Pasar Gede. Belasan penari yang masih berusia anak-anak itu juga membawa payung. Lalu memperagakan tarian balet kurang lebih 15 menit.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Baru setelahnya disusul pertunjukan wayang dengan lakon Pandawa Mbangun Pasar lengkap dengan gamelan sebagai musik pengiring. Amar Pradopo dan Dani Iswardana dari Lesbumi Solo tampil sebagai dalang. 

Pertunjukan wayang banyak menyinggung aktivitas di pasar terutama bertransaksi, tidak jarang disisipi ajaran agama Islam.

Direktur Festival Payung Indonesia (Fespin), Heru Mataya, mengatakan pertunjukan tari balet dan pagelaran wayang itu merupakan serangkaian dari acara Fespin ke-10.

“Pada hari ini [Minggu,10 September 2023] pada Fespin ke-10, kita menampilkan dua pertunjukan di halaman Pasar Gede. Yang tampil pertama adalah grup tari balet Arini dari Solo, dan pertunjukan wayang dari Lesbumi Solo,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Minggu (10/9/2023).

Dia mengatakan sengaja mengusung konsep yang lain untuk membedakan dengan pertunjukan lain sekaligus menghibur pengunjung Pasar Gede.

“Kalau wayang sebenarnya sudah biasa kalau dipentaskan di pasar. Tapi mungkin dengan format seperti ini baru kali pertama,” kata dia.

Menurut dia, baru kali ini ada pertunjukan tari balet yang dimainkan di pasar tradisional. Selama ini tari balet punya kesan mewah dan hanya dinikmati di acara-acara formal semata.

“Tapi menampilkan balet di Pasar Gede ini mungkin baru kali pertama dalam sejarah. Satu pertunjukan balet dimainkan di pasar tradisional,” kata dia.

Heru menyatakan pertunjukan itu mempertegas bahwa Pasar Gede merupakan ruang publik yang bisa menerima apa saja termasuk seni. “Dan ternyata pertunjukan yang biasanya dimainkan di hotel, ini dimainkan di pasar tradisional jauh lebih menarik,” kata dia.

Dia mengatakan dengan adanya penampilan dua kesenian tersebut semakin persempit jarak seni dengan masyarakat luas. Menurut dia, Fespin berusaha menjembatani agar kesenian selalu lebih dekat dengan orang kebanyakan.

“Ini menandakan satu kesatuan bahwa kesenian apapun termasuk ballet tidak berjarak dengan apapun, Ini festival menjadi salah satu cara untuk mendekatkan seni dengan masyarakat, khususnya pedagang dan masyarakat umum.” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya