SOLOPOS.COM - Foto bersama seusai upacara Peringatan Hari Amal Bakti (HAB) di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta di KArtasura, Sukoharjo, Selasa (3/1/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said menggelar upacara memperingati Hari Amal Bakti (HAB) ke-77 Kementerian Agama di Halaman Kampus UIN Raden Mas Said, Selasa (3/1/2023).

Dalam upacara tersebut Rektor UIN Raden Mas Said, Mudofir Abdullah Widyonagoro memberikan beberapa penghargaan bagi warga kampus yang memiliki prestasi di bidang masing-masing.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Penghargaan itu di antaranya diberikan kepada penerima tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya 20 tahun. Penghargaan diterima oleh Pembina Tingkat I/Lektor Kepala/Ketua pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Raden Mas Said Surakarta.

Selain itu tiga orang lain mendapat tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya 10 tahun. Penghargaan pertama diberikan kepada Penata Tingkat I/Lektor/Ketua pada Jurusan Sastra Fakultas Adab dan Bahasa Masyarakat UIN Raden Mas Said Surakarta, Nur Aisyah.

Selanjutnya kepada Penata/Lektor pada Dosen Fakultas Adab dan Bahasa Masyarakat UIN Raden Mas Said Surakarta, Novianni Anggraini.

Selain itu penghargaan serupa diterima oleh Penata/Pengelola Keuangan pada Bagian Tata Usaha Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta, Sunarti.

Selain itu Mudofir juga memberikan Penghargaan Prestasi Berdasarkan Keputusan Rektor No.74/2023 kepada 27 penerima.

Pihaknya juga memberikan sertifikat halal kepada 20 UMKM yang lolos dalam verifikasi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag RI.

Dalam upacara yang menggunakan kostum pakaian adat tersebut pihaknya juga memberikan penghargaan kepada tiga kostum terbaik.

Penghargaan tersebut dimenangkan oleh tiga dosen setempat yakni Rahmawan Arifin, Gadis Deslinda, dan Parmin.

Terpisah, Dosen Psikologi Islam UIN Raden Mas Said sekaligus pemenang kostum terbaik, Gadis Deslinda, mengatakan memilih menggunakan kostum Sunting Padang karena sesuai dengan tanah kelahirannya.

Dia mengaku tak membutuhkan waktu lama untuk mempersiapkan kostum tersebut.

“Kalau yang langsung ini [Sunting Padang] ringan tidak sampai 0,5 kilogram. Upacara ini setiap tahun dirayakan, sebagai dosen saya mengapresiasi upacara seperti ini [dengan kostum daerah]. Sehingga terlihat berbagai budaya di UIN Raden Mas Said,” kata Gadis.

Dia juga mengatakan berbagai ragam budaya tersebut seharusnya menjadi kekuatan mempersatukan bangsa. Bukan untuk memecah belah tetapi memberikan warna berbeda meski saling erat dalam persatuan.

PNS Harus Netral

Dalam peringatan tersebut, Rektor UIN Raden Mas Said, Mudofir Abdullah Widyonagoro mengajak seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungannya untuk netral.

“Pesan menteri agama agar ASN di lingkungan kementerian agama menjadi bagian dari pemersatu bangsa. Jangan ikut terlibat dalam politik praktis, jangan dukung-mendukung. Karena ini akan menjadi celah bagi perpecahan,” kata Mudofir kepada Solopos.com saat ditemui usai kegiatan tersebut.

Selain itu dia mengatakan ASN harus mendukung kebijakan pemerintah. Hal itu harus disosialisasikan ke semua ASN sehingga ASN menjadi bagian dari pembangunan bukan dari bagian pemecah belah bangsa.

Sementara dalam pidato yang dibacakannya dalam upacara, dia mengatakan peringatan HAB ke-77 tersebut mengajak seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungannya untuk memperbaiki niat pengabdian dan pelayanan kepada umat.

Pada HAB ke-77 tersebut dicanangkan tagline Kerukunan Umat untuk Indonesia Hebat. Hal itu mengingatkan tugas berat yang harus ditunaikan oleh seluruh ASN Kementerian Agama. Mengingat kerukunan sangat fluktuatif dan dinamis serta kerap menjadi ujian persatuan, lebih-lebih menjelang Pemilu 2024.

Di tahun politik ini, kata dia, dikhawatirkan ada potensi ketidakrukunan di masyarakat akibat pilihan politik berbeda. Hal itu terjadi akibat politisasi agama yang dinilai makin sering dilakukan demi meraih efek elektoral. Politisasi tempat ibadah sebagai ajang kampanye bahkan sudah mulai terjadi.

“Penggunaan politik identitas menjelang Pemilu harus diantisipasi dan dimitigasi agar kerukunan umat tidak ternodai. Kita semua mesti belajar pada apa yang terjadi pada pesta demokrasi sebelumnya, di mana masyarakat terbelah yang hingga kini masih bisa dirasakan, terutama di media sosial,” kata Mudofir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya