Soloraya
Sabtu, 29 April 2023 - 16:46 WIB

Update Korban Keracunan Massal Sragen 280 Orang, Keputusan KLB Tunggu Bupati

Tri Rahayu  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Dinkes Sragen Udayanti Proborini (tengah) menyampaikan penjelasan terkait status KLB kasus keracunan massal kepada Espos di Posko Kesehatan Jambeyan, Sambirejo, Sragen, Sabtu (29/4/2023). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kasus keracunan massal dengan jumlah korban sebanyak 280 orang hingga Sabtu (29/4/2023) per pukul 13.30 WIB, sebenarnya sudah masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). 

Namun, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen masih menunggu kebijakan dari Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Advertisement

Berdasarkan data update yang dilakukan PSC 119 Sukowati Sragen yang stand by di Posko Kesehatan Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, per pukul 13.30 WIB, jumlah pasien rawat inap yang semula 10 orang menjadi 11 orang.

Yakni 10 orang dirawat di Puskesmas Sambirejo dan satu orang dirawat di RS Sarila Husada Sragen. Satu pasien di Puskesmas Sambirejo rencananya akan dirujuk ke rumah sakit. 

Advertisement

Yakni 10 orang dirawat di Puskesmas Sambirejo dan satu orang dirawat di RS Sarila Husada Sragen. Satu pasien di Puskesmas Sambirejo rencananya akan dirujuk ke rumah sakit. 

Sementara pasien rawat jalan yang dirawat lewat Posko Kesehatan Jambeyan sebanyak 261 orang, lewat puskesmas empat orang, dan dirawat lewat jaring serta jejaring kesehatan ada empat orang.

Kepala Dinkes Sragen Udayanti Proborini saat ditemui Solopos.com, Sabtu siang, mengatakan jika ada peningkatan kasus dua kali lipat dan kalau sebelumnya tidak ada kasus maka jelas kasus keracunan massal di Jambeyan ini bisa dikatakan KLB. 

Advertisement

“Saya sudah lapor ke Bu Bupati. Pak Sekda juga sudah mengecek langsung. Tadi Bu Bupati menekankan untuk terus memantau dan memonitoring kegiatan di lapangan,” ujarnya.

Udayanti menerangkan kasus keracunan massal itu berawal dari adanya warga yang mengeluh mual dan muntah serta diare yang datang ke Bidan Desa Jambeyan yang rumahnya sekarang menjadi Posko Kesehatan Jambeyan pada Jumat (28/4/2023) pukul 20.00 WIB. 

Selang beberapa saat, kata dia, banyak warga berdatangan dengan keluhan yang sama. Setelah para warga ditanya, Udayanti mengatakan ada kecurigaan terhadap makanan punjungan orang yang punya hajat di wilayah Desa Jambeyan.

Advertisement

“Kemudian bidan desa sigap langsung koordinasi dengan Puskesmas Sambirejo. Kemudian puskesmas berkoordinasi dengan Muspika Sambirejo dan Dinkes Sragen untuk melakukan antisipasi penanganan. Kemudian pada Sabtu pagi dibuka posko dengan melibatkan desa di sekitar Jambeyan dan melibatkan ambulans desa, ambulans puskesmas, dan ambulans PSC 119 Sukowati,” ujar Udayanti yang juga Ketua PSC 119 Sukowati Sragen.

Salah seorang warga korban keracunan asal RT017 Dukuh Gembol, Desa Jambeyan, Musithoh, 39, mengaku membaik setelah 15 kali buang air besar dan mual-mual. Musithoh sempat muntah tetapi tidak bisa mengeluarkan isi perutnya.

“Dalam satu rumah itu yang makan makanan punjungan itu ada empat orang, saya, dua anak saya, dan simbah. Tetapi untuk dua anak saya dan simbah tidak apa-apa dan cukup rawat jalan. Saya juga sempat obat jalan tetapi sampai di rumah muntah-muntah terus dan akhirnya oleh suami dibawa ke puskesmas,” ujarnya.

Advertisement

Di salah satu bangsal itu, ada lima orang pasien keracunan massal. Saliyem, 62, warga Jambeyan, mengaku lemas dan terbaring lemas di ranjang perawatan Puskesmas Sambirejo. 

Dia berkisah awalnya Saliyem puasa Syawal di hari kelima. Saat azan Maghrib, Saliyem berbuka puasa pada Jumat (28/4/2023) sore.

“Makanan punjungan itu dimakan untuk berbuka puasa. Setelah satu jam, saya lalu mual-mual dan muntah. Setelah diare. Selama ini sudah 15 kali buang air besar. Saya datang ke rumah Bu Bidan kemudian dibawa ke Puskesmas pada Jumat malam pukul 21.00 WIB,” ujarnya.

Korban keracunan lainnya, Hadi Wiyono, 73, warga Dukuh Galeh, Jambeyan, juga masih terbaring tetapi tubuhnya tidak demam. 

Dia mengaku sempat pingsan sebelum dibawa ke Puskesmas Sambirejo, Sragen. Hadi makan makanan punjungan itu pada Jumat sore, pukul 17.00 WIB, sepulang dari tegalan.

“Pulang dari tegalan itu ‘kan lapar kemudian makan. Setelah itu tahu-tahu perut ini sakit dan sampai tidak sadar. Ternyata baru tahu pingsannya itu gara-gara tensi naik saya sampai 180,” ujarnya.

Dia bersyukur langsung ada penanganan dan dibawa ke puskesmas. Dia masih merasa perutnya sakit dan apabila dipijat kondisinya keras. Saat ini, Hadi sudah bisa makan dan tidak muntah lagi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif