SOLOPOS.COM - Ribuan ekor ikan jenis nila mengapung di keramba di perairan WKO wilayah Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, karena terkena dampak upwelling, Minggu (1/1/2023). (Istimewa/Pemdes Ngargosari)

Solopos.com, SRAGEN — Jumlah ikan yang mati akibat fenomena upwelling atau dalam istilah Jawa disebut pladu di perairan Waduk Kedung Ombo (WKO) wilayah Kecamatan Sumberlawang, Sragen, mencapai 70 ton. Kematian ikan ini terjadi di wilayah Dukuh Ngasinan, Desa Ngargotirto dan Dukuh Boyolayar, Desa Ngargosari.

Data tersebut diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari, Kamis (5/1/2023). Dia menjelaskan upwelling atau dikenal dengan sebutan pladu, yakni air dasar perairan naik ke atas dengan membawa racun dan berbagai kotoran dari sisa pakan dan kotoran ikan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pladu  biasanya terjadi di perairan umum yang terdapat budidaya ikan, salah satunya di WKO. Para petani keramba di WKO  sudah hafal dan paham dengan fenomena upwelling tersebut.

“Namun upwelling itu terjadi secara mendadak sehingga mengakibatkan kematian ikan. Kami mencatat kematian ikan akibat upwelling itu mencapai 70 ton. Sebanyak 40 ton di Dukuh Ngasinan, Desa Ngargotirto dan 30 ton ikan di Dukuh Boyolayar, Desa Ngargosari. Petani budi daya ikan atau keramba yang terdampak sebanyak 15 rumah tangga petani atau RTP di Ngasinan dan enam RTP di Boyolayar,“ jelas Eka.

Dia menerangkan upwelling itu terjadi pada musim pancaroba, antara Juli-September atau di pergantian tahun Desember-Januari. Untuk antisipasinya, ujar dia, pada bulan-bulan itu mestinya ikan yang besar-besar dikurangi untuk meminimalisasi kerugian. Kepadatan per petak keramba juga sebaiknya dikurangi karena saat terjadi upwelling lapisan oksigen dalam air menjadi tipis sehingga potensi kematiannya tinggi.

Dinas telah mengerahkan penyuluh mendampingi  petani keramba di WKO. Pendampingan dalam bentuk pembinaan dan pendampingan teknis, seperti pertemuan kelompok tani serta monitoring di lapangan.

“Antisipasi lainnya bisa dengan menggeser petak keramba ke lokasi air yang banyak untuk mengurangi kematian ikan. Karena oksigennya tipis maka pergeserannya ke lokasi yang banyak airnya. Antisipasi berikutnya bisa menjual ikan lebih awal ketika terjadi tanda-tanda upwelling,“ katanya.

Eka menyebut membudidayakan ikan di momen Natal dan Tahun Baru seperti yang dilakukan petani keramba di WKO bisa dikatakan “berjudi”. Jika berhasil maka dapat duit banyak, tapi kalau gagal pun ruginya banyak.

Sejauh ini Eka belum mendengar ada asuransi usaha budidaya ikan. Yang ada adalah asuransi untuk nelayan, yakni arusansi kecelakaan untuk nelayannya. Kalau di pertanian padi, sebut dia, ada asuransinya sehingga jika gagal panen petani tidak rugi terlalu banyak.

“Kami akan mencari informasi tentang asuransi budi daya ikan keramba. Kalau kompensasi tidak mungkin karena pengusaha. Mestinya para pengusaha keramba ikan bisa melakukan mitigasi kerugian dari pengalaman yang ada,“ jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya