Soloraya
Kamis, 30 September 2021 - 15:51 WIB

Upwelling Sebabkan Ribuan Ikan di Waduk Mati, Begini Penjelasan Pakar!

Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ikan di keramba nelayan Sragen di Waduk Kedung Ombo mati. Foto kejadian pada 2016.(Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, WONOGIRI — Para petani ikan di Waduk Gajah Mungkur harap-harap cemas dengan fenomena upwelling menyusul cuaca yang tak menentu akhir-akhir ini. Mereka kemudian mengurangi pembibitan ikan untuk meminimalkan dampak upwelling.

Upwelling merupakan fenomena di mana air yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan akibat pergerakan angin di atasnya. Fenomena upwelling mengakibatkan zat yang berada di dasar air naik dan membuat ikan sulit bernapas karena konsentrasi oksigen berkurang.

Advertisement

Pakar perikanan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Agung Budiharjo kepada Solopos.com pernah menjelaskan fenomena upwelling yang menyebabkan ratusan ribu ikan di waduk mati mendadak.

Baca Juga: Cuaca Tak Menentu, Fenomena Upwelling Ancam Petani Ikan di Wonogiri

Advertisement

Baca Juga: Cuaca Tak Menentu, Fenomena Upwelling Ancam Petani Ikan di Wonogiri

Menurut Agung, penyebab matinya ratusan ton ikan di waduk adalah keracunan zat amoniak. Kandungan amoniak itu berasal sisa pakan dan kotoran ikan yang mengendap di dasar waduk dari tahun ke tahun.

”Dilihat dari kondisi fisik, ikan itu mati tidak wajar. Tubuh ikan itu membesar. Mereka mati karena keracunan zat amoniak. Di dalam air waduk itu terkandung kadar amoniak yang tinggi. Indikasinya bisa dilihat dari warna air yang putih keruh,” kata Agung Budiharjo kala dihubungi Solopos.com menanggapi kematian ikan di Waduk Kedung Ombo (WKO) beberapa waktu lalu.

Advertisement

Turunnya hujan lebat dan terpaan angin kencang juga membuat amoniak itu teraduk hingga muncul ke permukaan atau upwelling dan meracuni ikan dalam keramba.

Baca Juga: Fenomena Upwelling Bikin Petani Ikan WGM Wonogiri Cemas

”Kemungkinan lain, air waduk itu tercemar limbah. Tapi, kemungkinan itu kecil. Sungai-sungai yang bermuara ke waduk itu hampir tidak ada yang tercemar limbah. Jadi, kemungkinan waduk tercemar limbah itu bisa kita kesampingkan,” jelas Agung.

Advertisement

Berdasar pengamatan Agung, jumlah keramba ikan di WKO sudah overload. Keramba ikan membutuhkan perairan dengan kedalaman 10-20 meter. Hasil survei dia menunjukkan perairan dengan kedalaman 10-20 meter itu sudah dipenuhi oleh keramba ikan.

”Keramba di perairan yang terlalu dangkal itu tidak bagus, terlalu dalam juga tidak bagus. Dari tahun ke tahun, jumlah keramba di WKO itu makin bertambah. Sekarang sudah overload sehingga mendesak untuk dikurangi,” terang Agung.

Baca Juga: Rugi Miliaran Akibat Upwelling, Begini Langkah Petani Karamba WKO

Advertisement

Agung mengakui mengurangi jumlah keramba ikan bukan perkara mudah. Pengurangan jumlah keramba itu merupakan persoalan kompleks yang tidak sekadar menyangkut kebijakan daerah, tetapi juga terkait hajat hidup para petani ikan dan kalangan pemodal besar.

Agung mendesak pemerintah daerah bisa berperan dalam mengurangi jumlah keramba ikan di waduk.

”Makin banyak jumlah keramba ikan di waduk, otomatis akan menambah kandungan amoniak. Kandungan amoniak di waduk itu sudah berskala besar sehingga relatif sulit dinetralkan. Penetralan amoniak itu juga menggunakan bahan kimia sehingga hampir tidak mungkin dilakukan,” jelasnya.

Baca Juga: PERIKANAN SRAGEN : Ratusan Ton Ikan di WKO Mati, Ini Penjelasan Pakar

Guna menanggulangi kematian ikan, Agung meminta kalangan petani ikan memindah keramba ke bagian tengah apabila ada terpaan angin kencang.

Pemindahan keramba ke lokasi lain itu memang bisa mengakibatkan ikan menjadi stres. Namun, tingkat kematian ikan akibat stres lebih sedikit daripada akibat keracunan amoniak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif