SOLOPOS.COM - Pertanian menjadi salah satu potensi terbesar Desa Wonorejo di Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. (desawonorejojatiyoso.com)

Solopos.com, KARANGANYAR — Tren petani milenial di Kabupaten Karanganyar terus meningkat dalam 10 tahun terakhir. Tercatat ada 17.193 petani milenial usia 19-39 tahun atau 13,12% dari jumlah total petani di Bumi Intanpari, sebutan Kabupaten Karanganyar.

Data tersebut diperoleh dari hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian (ST) 2023 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Karanganyar. Sensus pertanian ini dilakukan setiap 10 tahun sekali.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala BPS Karanganyar, Yul Ismardani, mengatakan keberadaan petani milenial menyumbang peningkatan petani Karanganyar yang secara keseluruhan ada sebanyak 131.043 petani. Kehadiran petani milenial ini tidak lepas dengan fenomena urban farming yaitu usaha pertanian perorangan di daerah perkotaan yang mengusahakan pertanian di lahan terbatas.

“Untuk urban farming ini ada 152 usaha pertanian perorangan sesuai hasil sensus 2023. Jumlah ini tertinggi di Jawa Tengah,” kata dia selepas penyampaian Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 Tahap I Kabupaten Karanganyar di ruang Podang I Gedung Setda setempat pada Selasa (12/12/2023).

Pertumbuhan urban farming di Karanganyar ada di wilayah Kecamatan Colomadu dan Jaten. Para petani urban farming ini mayoritas milenial. Data BPS menyebutkan ada 17.193 petani milenial baik di bidang tanaman holtikultura, tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan.

Sensus pertanian oleh BPS dilakukan door to door dengan menerjunkan 737 petugas pada periode 1 Juni-akhir Juli 2023. Sensus pertanian ini merupakan kali ketujuh dengan tujuan menyediakan data struktur pertanian nasional hingga level terendah. Selain itu menyediakan kerangka sampel pertanian yang mutakhir serta mendapatkan data by name by address.

“Cakupan sensus ada tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan dan jasa pertanian,” kata dia.

Lebih lanjut Yul mengatakan data disajikan untuk keperluan pemerintah dalam menyusun kebijakan ketahanan pangan. Data tersebut memuat struktur pertanian sampai level terendah. Termasuk potensi perekonomian dari usaha bercocok tanam. Melalui data ini, pemerintah sebagai mitra BPS akan menakar keberhasilan program bantuannya ke penerima.

“Bagaimana kondisi petani setelah diberi bantuan dapat terlihat pada data sensus pertanian,” katanya.

Asisten Sekda Bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesra Karanganyar, Titis Sri Jawoto, mengatakan data sensus itu akan dimanfaatkan untuk mengembangkan pertanian. Karanganyar yang memiliki pendapatan terbanyak dari sektor industri pertanian dan pariwisata membutuhkan parameter pasti.

Ia mengakui pertanian di Karanganyar masih dikelola secara konvensional. Ke depan, dia berharap dapat maju seperti Thailand. “Thailand pertaniannya masih konvensional namun bisa berhasil dan bagus mengembangkan produk dan pemasaran. Harapannya di Karanganyar bisa sama,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya