Soloraya
Rabu, 17 Februari 2016 - 21:15 WIB

USAHA KECIL MENENGAH : Musim Hujan, Produksi Kerupuk di Solo Malah Naik

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja mencetak adonan kerupuk di salah satu pabrik kerupuk di Kerten, Solo, Selasa (16/2/2016). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Usaha kecil menengah yakni produsen kerupuk menambah kapasitas produksi selama musim penghujan.

Solopos.com, com, SOLO — Sejumlah pengusaha kerupuk di Solo justru meningkatkan kapasitas produksi saat musim penghujan. Mereka beralih menggunakan oven lantaran pengeringan dengan teknik penjemuran di bawah sinar matahari tidak lagi efektif karena hujan yang terus menerus mengguyur kawasan Solo dan sekitarnya.

Advertisement

Pemilik Krupuk Sala, Beni Hakim, mengatakan kapasitas produksi biasanya mencapai 30.000 kerupuk per hari. Namun, saat musim penghujan kapasitas produksi ditingkatkan menjadi sekitar 35.000 kerupuk per hari.

Dia mengaku permintaan kerupuk di pasar mengalami peningkatan saat musim penghujan. Kerupuk dipasok ke berbagai daerah di Soloraya. Penggunaan oven turut mempengaruhi kecepatan produksi.

“Biasanya kalau dijemur dibawah sinar matahari pagi sampai siang baru kering. Tetapi musim penghujan seperti ini kan tidak mungkin. Kami menggunakan oven, tiga jam sudah kering,” paparnya saat ditemui wartawan di pabriknya yang ada di Kerten, Solo, Selasa (16/2/2016).

Advertisement

Penggunaan oven dalam proses pengeringan bukannya tanpa konsekuensi. Beni harus menanggung ongkos produksi yang membengkak karena penggunaan elpiji hingga dua kali lipat dibandingkan biasanya.

Dalam cuaca panas, dia hanya membutuhkan satu tabung elpiji 12 kilogram (kg) per hari. Namun, saat musim penghujan ini dia membutuhkan dua hingga tiga tabung elpiji setiap hari.

“Ya memang harus memakai oven kan, kalau tidak kerupuk yang dihasilkan jelek, tidak bisa kering,” katanya.

Advertisement

Kendati ongkos produksi naik, dia tidak berani menaikkan harga kerupuk. Dia tetap menjual satu kerupuk seharga Rp500/ buah. Dia mengakalinya dengan mengurangi ukuran kerupuk. Biasanya, kerupuk memiliki diameter 10 cm, saat ini dikurangi menjadi 8 cm.

Sementara, pedagang kerupuk lainnya, Wisnu Laku Prasojo, mengaku kesulitan memenuhi tingginya permintaan konsumen.

“Kami kewalahan mencukupi permintaan karena kami hanya mampu menyetor hingga 160 kg kerupuk mentah setiap hari saat musim penghujan ini,” katanya saat dihubungi, Selasa.

Pengeringan dengan menggunakan oven menurutnya memang cepat. Namun, pengeringan menggunakan oven membuat kerupuk menjadi mudah patah. Dia memasok kerupuk ke sejumlah pedagang di pasar tradisional di Boyolali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif