Soloraya
Jumat, 15 September 2023 - 16:48 WIB

Usia Desa Tanggan Gesi Terungkap, Ternyata Lebih Tua daripada Kabupaten Sragen

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Desa Tanggan, Jarwanto, menunjukkan temuan artefak nisan tua dengan ornamen semanggi berjumlah tiga yang diduga simbol makan seorang bupati di Balai Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen, Jumat (15/9/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Desa Tanggan ternyata lebih dulu ada ketimbang Kabupaten Sragen. Desa di Kecamatan Gesi usianya empat tahun lebih tua dari pada Kabupaten Sragen.

Berdasarkan hasil penelusuran dan penelitian oleh tim dari Pemerintah Desa Tanggan ditemukan hari jadi desa ini jatuh pada Jumat Pon, 29 Juni 1742, atau berumur 281 tahun. Sementara umur Kabupaten Sragen 277 tahun. Hari Jadi Desa Tanggan akan dideklarasikan pada Sabtu (16/9/2023).

Advertisement

Kepala Desa Tanggan, Mulyanto, mengungkapkan mencari tahu sejarah desa menjadi salah satu visi dan misinya. Misi ini sempat tertunda dua tahun akibat pandemi Covid-19. Setelah itu, ia membentuk Forum Pelestari Desa Tanggan. Lalu pada 2021-2022, ujar dia, ia membentuk tim untuk menelusuri sejarah Desa Tanggan.

“Tim desa menelusuri itu kemudian ada pengakuan dari kampus. Mereka [akademisi] datang ke sini mengumpulkan sumber, termasuk dari dinas juga dan tim penelusur sejarah. Baru 2023 ini bisa ditemukan dokumen pendukung hari jadi Desa Tanggan dan akan dideklarasikan Sabtu besok,” ujarnya, Jumat (15/9/2023).

Advertisement

“Tim desa menelusuri itu kemudian ada pengakuan dari kampus. Mereka [akademisi] datang ke sini mengumpulkan sumber, termasuk dari dinas juga dan tim penelusur sejarah. Baru 2023 ini bisa ditemukan dokumen pendukung hari jadi Desa Tanggan dan akan dideklarasikan Sabtu besok,” ujarnya, Jumat (15/9/2023).

Tim desa menemukan artefak di Makam Tirtowijoyo yang ada ornamen semanggi. Artefak ini diperkirakan dibuat pada 1650-1750 Masehi. Artefak berupa kemuncak atau nisan makam berbahan batu bata itu sekarang diselamatkan Pemerintah Desa Tanggan bersama temuan-temuan lainnya.

Akan ada narasi sejarah berkaitan dengan Hari Jadi Desa Tanggan tersebut yang disajikan dan divisualisasikan dalam pertunjukan wayang suket.

Advertisement

“Kalau dari langgamnya, nisan itu diduga berasal dari 1650-1750 Masehi atau zaman Mataram Kartasura. Di nisan itu terdapat ornamen daun semanggi atau semanggen berjumlah tiga yang diduga sebagai simbol nisan seorang bupati. Jadi Tirtowijaya ini diduga merupakan seorang bupati. Tirtowijaya ini merupakan putra dari Surawijaya, salah satu pasukan Alap-alap Kartasura,” jelasnya.

Jarwanto melanjutkan, Tirtowijaya memiliki enam anak yang semuanya menjadi demang, salah satunya Demang Ngrampal. Keturuan Tirtowijaya ini kelak menggunakan nama dengan awalan Jaya, seperti Jaya Semita, Jaya Sentika, dan Jaya Ngadiya. Salah satu keturunan Tirtowijaya yang tinggal di Tanggan bernama Jaya Sentika.

Era Tirtowijaya

Era Tirtowijaya merupakan era setelah Hari Jadi Desa Tanggan. Hari Jadi Desa Tanggal diambil dari peristiwa pertemuan Tumenggung Alap-alap yang bernama Surawijaya dengan Prawirasentika dari Madiun di Klaren yang sekarang menjadi punden Klaren. Klaren itu merupakan tempat diskusi saat malam hari.

Advertisement

“Pertemuan dua tokoh itu terjadi pada Jumat Pon dan menjadi weton desa. Surawijaya keluar dari Keraton Kartasura lantaran Paku Buwana II berpihak kepada Belanda. Surawijaya keluar dari Kartasura kemudian menuju ke Sukowati untuk tinggal. Nah, saat di Sukowati itulah Surawijaya bertemu dengan Prawirasentika yang merupakan putra Ki Ageng Derpoyuda di Majanti, Kerjo, Kabupaten Karanganyar,” jelasnya.

Keluarnya Surawijaya dari Kartasura ditemukan dalam Babad Giyanti. Pertemuan itu terjadi pada 29 Juni 1942 yang dihitung dari pertemuan Surawijaya dengan Prawirasentika. Kedatangan Prawirasentika di Tanggan untuk menyambut Pangeran Mangkubumi.

Ketika Mangkubumi mendirikan basis pemerintahan di Pandak Karanganongko, ada gerakan boyong ke Pandak Karangnongko yang bukan menggunakan kuda melainkan menggunakan sapi.

Advertisement

“Gerakan pakai sapi ini masih ada petilasannya berupa Punden Brenggolo atau Mbah Nggolo yang menjadi cikal bakal Dukuh Sapen. Kemudian ada Bumi Madiun sebagai basis Rangga Prawirasentika. Kemudian tahun lahirnya Desa Gawan itu ditandai dengan candrasengkala Swara Karungu Obahing Bumi pada 1667 Jawa atau 1742 Masehi,” jelas Jarwanto.

Hari lahir Desa Tanggan akan dideklarasikan dengan serangkaian kegiatan yang dimulai pada Jumat malam berupa ziarah ke enam punden Desa Tanggan. Pada Sabtu siang akan digelar kirab dan karnaval dari Punden Mbah Nggolo ke Balai Desa Tanggan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif