SOLOPOS.COM - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Kepedulian untuk Anak (Yayasan Kakak) merilis film pendek yang didukung oleh Search for Commond Ground, Kembang Gula, dan Lembah Manah berjudul Kembaran di Cineplex Pakuwon Mall Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Kamis (13/7/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Kepedulian untuk Anak (Yayasan Kakak) merilis film pendek yang didukung oleh Search for Commond Ground, Kembang Gula, dan Lembah Manah berjudul Kembaran.

Film berdurasi 4,57 menit itu mengangkat isu keberagamanan agama. Mengusung tema Memupuk Toleransi Dalam Beragama dan Berkeyakinan di Kalangan Anak, film tersebut diputarkan di Cineplex Pakuwon Mall Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Kamis (13/7/2023).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Perwakilan Yayasan Kakak, Rita Hastuti mengatakan film dengan judul Kembaran tersebut dibuat dan dikembangkan atas dukungan Search for Commond Ground dengan melibatkan Komunitas Film Kembang Gula dan Lembah Manah.

“Film Kembaran memberikan salah satu gambaran fakta dan temuan dari situasi toleransi yang terjadi pada anak-anak. Persoalan yang berkaitan dengan anak masih banyak sekali, persoalan berkaitan tentang kebebasan keberagamaan masih banyak, kami berharap kejadian-kejadan itu menjadi kali terakhir,” ungkap Rita dalam sesi diskusi seusai pemutaran film berlangsung.

Menurutnya, film yang disutradari oleh Riza B tersebut berangkat dari dialog dan diskusi antar lintas agama yang selama ini telah dilakukan Yayasan Kakak.

Film tersebut mencoba merepresentasikan beberapa situasi misalnya pada perundungan dalam pertemanan anak karena agama dan keyakinan tokoh berbeda.

Cuplikan Film Kembaran

Dalam film tersebut seorang anak digambarkan mendapatkan bullying, dikucilkan dan kurang diterima dalam lingkaran pertemanan.

Bahkan dalam situasi nyata Rita menyebut hal tersebut masih sering terjadi bahkan ada yang tidak mendapatkan hak pendidikan di sekolah karena keterbatasan sarana dan prasarana anak.

“Kami mencoba menyuarakan berbeda bisa berteman, kami menggalang banyak dukungan untuk memberikan tempat bagi minoritas untuk bisa beribadah tanpa ada persekusi dan lainnya. Ini perlu melibatkan semua pihak bahwa bed aitu biasa,” ungkapnya.

Lebih lanjut, menurutnya launching film Kembaran ditargetkan bisa dikenalkan kepada organisasi/institui/lembaga yang memiliki komunitas anak.

Maupun kepada komunitas yang memiliki forum diskusi yang berkaitan dengan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan, pendidikan atau isu anak.

Film tersebut menurut Rita juga diharapkan bisa menjadi film untuk mengkampanyekan dan mengembangkan toleransi di kalangan anak-anak.

Serta mampu menguatkan rasa saling menghargai dan menghormati pada perbedaan nyata, khususnya berkaitan dengan agama dan keyakinan.

Sementara itu, Produser Film Kembaran yang juga salah satu pendiri Komunitas Kembang Gula, Fanny Chotimah mengaku tak menyangka film pendek berdurasi kurang dari 5 menit tersebut ditayangkan di layar lebar.

Ia menceritakan proses film tersebut diproduksi pada April 2023 lalu. Ia mengaku sempat kuwalahan dan akhirnya menggandeng Lembah Manah dalam proses produksinya.

“Judul film Kembaran baru ditemukan saat filmnya sudah hampir jadi. Bahkan orang kembar seidentik apa pun tidak mungkin ada yang sama persis. Tidak ada yang sama persis, kita manusia yang unik,” paparnya.

Fanny membeberkan latar belakang pemilihan perbedaan agama yakni Islam dan Kapitayan yang diambil dalam alur film tersebut telah melalui beragam riset.

Alasan pemilihan Kapitayan yang merupakan salah satu bentuk monoteisme asli Jawa diambil untuk memberikan edukasi terutama pada generasi muda atau anak-anak.

Mengingat tak banyak anak yang mengetahui adanya penghayat kepercayaan selain enam agama yang diakui di Indonesia.

Sementara, alasan pemilihan durasi menurutnya dilakukan di bawah tujuh menit agar film tersebut dapat diakses dan disebarluaskan oleh siapapun sebagai edukasi.

“Saya percaya jika film pendek merupakan media yang sangat efektif dalam mengampanyekan sebuah isu. Melalui film Kembaran kami berharap film ini bisa menginspirasi anak-anak ataupun orang dewasa dalam mewujudkan toleransi beragama dalam masyarakat,” papar Fanny.

Launching film tersebut melibatkan seratusan orang dari berbagai lembaga, institusi, organisasi, media hingga pemerintah. Ratusan anak yang tergabung dalam Forum Anak Surakarata maupun Sukoharjo turut menyaksikan penayangan film tersebut.

Mereka menggunakan kaus seragam hitam bertuliskan Kembaran sama seperti  judul film tersebut.

Tak hanya sejumlah anak, pemain film, sutradara, penulis naskah hingga perwakilan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta, serta Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Surakarta turut memeriahkan kegiatan tersebut.



Naskah film dengan latar belakang perbedaan keyakinan tersebut dituliskan oleh Yosua Putra Wisena.

Film tersebut diperankan oleh tiga orang anak asli kota Bengawan, yakni Victor Andreana Kristiawan, Samual Jason Wibowo dan Reynald Cantona Yusnanto. Ketiganya merupakan siswa kelas 6 SD yang berusia sekitar 11 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya