Soloraya
Sabtu, 7 Juni 2014 - 23:15 WIB

VASTENBURG CARNIVAL 2014 : Ada Sihir Karnaval Malam di Benteng Vastenburg

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Vastenburg Carnival di Benteng Vastenburg Solo, Sabtu (7/6/2014) malam. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLOVastenburg Carnival yang digelar di dalam Benteng Vastenburg, Solo, dipenuhi gemerlap cahaya, Sabtu (7/6/2014) malam. Ribuan pengunjung karnival juga disuguhi penampilan tari tradisional yang memukau dari enam daerah di Indonesia.

Acara juga dimeriahkan dengan penyalaan lampion yang menghiasi langit Kota Solo. Salah satu musisi keroncong asal Solo, Endah Laras, tampil dengan membawakan lagu Kopi Susu. Lagu tersebut sebagai pengiring peserta pertama yang tampil dalam karnaval itu, yakni dari Red Batik Solo.

Advertisement

Tim Red Batik pun tampil memukau dengan mengenakan kostum serbabatik yang dihiasi dengan asesoris bambu. Mereka tampil bak burung merak yang mengembangkan ekornya. Semua peserta juga mengenakan topi aneka bentuk bunga dengan warna serbamerah. Sebagian dari mereka naik ke panggung dan mempertontonkan keindahan kostum yang mereka pakai. Tak hanya itu, mereka juga menari dengan iringan musik yang dimainkan oleh Endah Laras dan tim.

Para fotografer mulai mengabadikan momen tersebut dengan membidikkan kameranya ke sejumlah peserta yang mengenakan kostum. Semua cahaya lampu tertuju ke para penari yang berlenggak-lenggok di panggung. Ribuan pasang mata pengunjung karnaval pun tersihir dengan tampilan kostum yang dikenakan oleh para peserta dari Red Batik. Sekitar 15 menit mereka tampil, peserta beranjak turun dari panggung dan naik ke Benteng Vastenburg.

Advertisement

Para fotografer mulai mengabadikan momen tersebut dengan membidikkan kameranya ke sejumlah peserta yang mengenakan kostum. Semua cahaya lampu tertuju ke para penari yang berlenggak-lenggok di panggung. Ribuan pasang mata pengunjung karnaval pun tersihir dengan tampilan kostum yang dikenakan oleh para peserta dari Red Batik. Sekitar 15 menit mereka tampil, peserta beranjak turun dari panggung dan naik ke Benteng Vastenburg.

Penampilan yang tak kalah ciamik selanjutnya yakni dari Sanggar Gatra, Bengkulu. Di panggung, mereka membawakan tari Bediang yang diiringi dengan musik Liol yang berarti lidi. Sebanyak 18 orang memainkan alat musik dan beberapa di antaranya menjunjung alat musik tabuh bernama Dol sebesar tong. Alat tersebut harus dijunjung dan orang yang memainkan alat musik itu juga harus menari.

Penampilan ketiga yakni dari Kinara Kinari Art Performance dari Magelang. Sebelum naik ke panggung, mereka membuat kehebohan dengan atraksi bermain api. Sebanyak 25 orang seniman dari Magelang memainkan tari Sirnaning Sengkala atau hilangnya sengkala. Mereka juga tampil memukau dengan asesoris yang dikenakan yakni kostum dari bambu dan alat musik tetabuhan.

Advertisement

Lain lagi yang ditampilkan oleh sanggar seni Ngesti Manunggal dari Boyolali. Para peserta mengenakan kostum topi dan sayap yang terbuat dari ijuk batang padi. Sepatu boot yang mereka kenakan juga dihiasi dengan gemerincing, sehingga kemana pun mereka bergerak, sepatu mereka akan berbunyi. Dalam tarian berjudul Kartika Jati itu, para seniman dari Kota Susu ini membawa asesoris bambu. Ada juga seorang ratu yang menari di atas tandu dengan sangat lembut.

Tampilan berikutnya yakni dari Bregodo Saeko Kapti dari Jogja. Sebelum naik ke panggung, mereka membunyikan drumband lalu perlahan naik ke panggung. Lagu Jogjakarta ciptaan Katon Bagaskara dijadikan lagu pembuka. Lalu lagu selanjutnya yang dibawakan adalah Gambang Suling. Para penari perempuan yang mengenakan senjata panah mulai meliuk-liuk di panggung. Tarian tersebut memang menggambarkan para prajurit wanita Keraton Jogja yang berjuang dengan senjata panah.

Peserta dari Banyumas juga tampil enerjik dengan tarian Megat Megot. Para penari pria membunyikan kentongan, kendang dan angklung sebagai bebunyian. Sedangkan penari perempuan mengenakan kostum, selendang serbamerah dan bertopeng. Tari yang mereka bawakan diseimbangkan dengan alunan musik. Para penari juga menyibakkan dua kipas untuk mempercantik penampilan.

Advertisement

Di akhir acara, semua peserta dari enam daerah naik ke panggung dan menari sambil diiringi lagu Pokoke Joget dan Oplosan yang dibawakan oleh kelompok seniman Banyumas. Penampilan terakhir itu pun tak kalah heboh karena bisa membuat ribuan penonton tertawa dengan jogetan yang seru dari para penari.

Program Director Vastenburg Carnival, Heru Prasetyo, mengatakan tahun depan rencananya akan ditambah lagi peserta karnival dari sejumlah daerah. “Harapannya semua karnival di Indonesia bisa tampil di Solo,” terang Heru.

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, berharap dengan adanya Vastenburg Carnival itu, bisa meningkatkan minat pariwisata di Solo, sehingga orang-orang dari berbagai daerah bisa berkunjung ke Kota Bengawan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif