SOLOPOS.COM - Ilustrasi kehidupan di desa yang belum lepas dari jerat kemiskinan. (kemendesa.go.id)

Solopos.com, BOYOLALI — Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (BP3D) Boyolali memastikan tidak ada desa miskin ekstrem di Boyolali. Kesimpulan tersebut diambil setelah melakukan verifikasi terhadap data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) menggunakan dengan Monitoring Center for Development (MCD) Satu Data Boyolali.

Kepala BP3D Boyolali, M Syawalludin, mengungkapkan data P3KE yang diterima Pemkab Boyolali dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bukanlah desa dengan kemiskinan ekstrem akan tetapi data by name by address warga miskin ekstrem.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Boyolali kemarin menerima data dari Kemenko PMK melalui Bappeda Provinsi [Jateng] mendapatkan data kemiskinan Boyolali desil I ada 136.947 jiwa,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (7/3/2023).

Sebelum diverifikasi, data tersebut dipadupadankan terlebih dahulu dengan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Boyolali dan terdapat selisih 20.612 jiwa. Selisih tersebut berasal dari orang yang telah meninggal dunia atau Nomor Induk Kependudukan (NIK) tidak ada.

Dari padu padan data itu didapat 116.335 jiwa kategori miskin ekstrem atau desil 1 di Boyolali. Data tersebut, jelas Syawalludin, masih dipadupadakan lagi dengan data Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Tercatat 80.861 jiwa masuk DTKS.

“Kami juga memadupadankan dengan data kami di MCD. Hasilnya ada 111.172 jiwa. Sebanyak 25.225 jiwa tidak padan,” jelasnya. Ia menjelaskan dari 111.172 jiwa yang telah dipadupadankan tersebut diverifikasi dan didapati ada 54.790 orang masuk kategori mampu, 44.431 rawan miskin, 11.028 miskin tidak ekstrem, 290 jiwa pindah, dan 1.183 orang meninggal dunia.

Dipadankan dengan DTKS

Sebanyak 11.028 penduduk miskin tidak ekstrem tersebut, jelas Syawalludin, sebanyak 8.627 jiwa telah mendapatkan bantuan dari DTKS. Sementara sebanyak 2.041 orang tidak menerima bantuan DTKS akan tetapi mendapatkan intervensi dari Pemkab Boyolali.

“Kami intervensinya dari APB Desa [Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa], ada macam-macam seperti bantuan kesehatan, sandang papan pangan, pendidikan, produktivitas, dan lain-lain,” jelasnya.

Selain intervensi dari APB Desa, ada juga dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Baznas Boyolali, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) dari perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD).

Beberapa contoh untuk kesehatan sebanyak 47.509 Penerima Bantuan Iuran (PBI) Kesehatan ada intervensi senilai Rp24.180.269.900. Lalu pada bidang sandang papan pangan salah satunya ada bantuan sebanyak 1.150 unit jamban senilai Rp1,13 miliar.

Kemudian di bidang pendidikan ada beasiswa bagi SD, SMP, dan Universitas Boyolali. Untuk produktivitas ada beberapa bantuan untuk buruh gendong dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pengertian Miskin Ekstrem menurut Bank Dunia

Syawalludin mengungkapkan pada 2021 terdapat 25 desa yang tersebar di lima kecamatan area Kabupaten Boyolali yang masuk kategori miskin ekstrem. Ia menyebut lima kecamatan tersebut yakni Juwangi, Kemusu, Klego, Wonosamodro, dan Wonosegoro.

“Pada 2021, Bappeda Provinsi menyurati Bappeda Boyolali untuk mengusulkan 25 desa miskin ekstrem. Jadi kami diperintahkan untuk mengusulkan lima kecamatan dan 25 desa dengan tiga parameter,” ujarnya.

Tiga parameter tersebut, jelasnya, pertama indeks desa membangun (IDM) rendah, desil I DTKS tinggi, dan keterpencilan. Namun, ia menegaskan data tersebut juga belum bisa by name by address dan tidak berdasarkan per keluarga untuk parameter kemiskinannya.

Sementara itu, per Selasa dari data MCD diketahui tingkat kemiskinan Boyolali ada di angka 6,95 persen atau 73.397 penduduk atau 29.170 keluarga termasuk miskin tapi tidak ekstrem. Data tersebut dibagikan dengan jumlah penduduk berdasarkan MCD yaitu 1.055.725 jiwa atau 353.852 keluarga.

Syawalludin merujuk jiwa penduduk miskin ekstrem didasarkan pengertian Bank Dunia yakni penduduk dengan pendapatan per kapita Rp11.940 per hari dan sebulan Rp358.232. Mengacu pengertian tersebut, tidak ada penduduk miskin ekstrem di Boyolali.

“Sehingga berdasarkan data MCD, tidak ada desa atau penduduk miskin ekstrem,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya