Soloraya
Senin, 26 Februari 2024 - 19:07 WIB

Viral, Anak Bakul Sepatu Taman Pancasila Jadi Lulusan Terbaik UGM Yogyakarta

Indah Septiyaning Wardani  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pasangan suami istri Suradi, 60 dan Sri Sukarmi, 59, saat dijumpai Espos di Taman Pancasila Karanganyar pada Senin (26/2/2024) sore. (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Bakul sepatu di kawasan Taman Pancasila, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Suradi, 60 dan Sri Sukarmi, 59, belakangan viral di media sosial (medsos). Pasangan suami istri (pasutri) asal Manggis, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar ini viral setelah putra bungsunya, Muhammad Iksanudin Alamin, menjadi wisudawan terbaik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Saat dijumpai Solopos.com di lapaknya di Taman Pancasila, Senin (26/2/2024), pasutri ini mengaku tak percaya kabar kelulusan putranya viral di medsos. Iksan begitu sapaan karib sang putra, meraih gelar sarjana keperawatan dalam waktu 3 tahun 4 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna 3,98.

Advertisement

Iksan diwisuda bersama 1.582 wisudawan lain di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM pada Rabu (21/2/2024). “Alhamdulillah anak saya lulus dengan nilai hampir sempurna. Saya tidak percaya sekarang menjadi viral,” kata Karmi didampingi sang suami.

Karmi mengatakan sosok putranya merupakan anak yang pendiam. Iksan memang berprestasi sejak kecil. Nilai akademiknya selalu peringkat tiga besar baik saat duduk di bangku SD, SMP hingga SMA. Ekonomi Karmi pas-pasan. Dia hanyalah pedagang kaki lima (PKL) yang membuka lapak di kawasan Taman Pancasila. Sementara suaminya hanya buruh serabutan sebagai buruh tani dan kuli bangunan.

Advertisement

Karmi mengatakan sosok putranya merupakan anak yang pendiam. Iksan memang berprestasi sejak kecil. Nilai akademiknya selalu peringkat tiga besar baik saat duduk di bangku SD, SMP hingga SMA. Ekonomi Karmi pas-pasan. Dia hanyalah pedagang kaki lima (PKL) yang membuka lapak di kawasan Taman Pancasila. Sementara suaminya hanya buruh serabutan sebagai buruh tani dan kuli bangunan.

“Tapi [suami] sering bantu-bantu saya jualan di sini,” ujar Karmi.

Ia memiliki empat anak. Iksan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Anak pertama, Wahyu Pradi Prayoga, kini bekerja di salah satu pabrik di Karawang, Jawa Barat. Kemudian anak kedua bernama Wahyu Dwi Nurlita, bekerja sebagai perawat di RS Merah Putih Magelang. Anak ketiga, Arifah Sulistiyaningrum, seorang hafizah yang sudah hafal 30 Juz Al Qur’an.

Advertisement

“Dari awal kuliah sampai wisuda dapat beasiswa. Jadi tidak pernah bayar kuliah,” kata dia.

Karmi hanya memberikan uang saku pas-pasan untuk biaya hidup Iksan sehari-hari di Jogja. Uang saku itu diberikan setiap sepekan sekali saat Iksan pulang. Biasanya dia hanya memberi uang saku Rp100.000-Rp150.000 per pekan. Namun sering kali Iksan tak meminta uang saku tersebut.

“Seringnya bilang masih punya tabungan. Jadi tidak minta sangu,” katanya.

Advertisement

Karmi mengatakan putranya terbiasa hidup sederhana sehingga tak terpengaruh  hiruk pikuk Kota Yogyakarta. Saat ini, Iksan tengah melanjutkan kuliah profesi keperawatan. Dia berharap sang putra menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan membanggakan keluarga.

Bude Iksan, Suyatmi, 65, mengaku sangat bangga dengan keponakannya yang menjadi lulusan terbaik UGM. Dia bahkan ikut hadir saat upacara wisuda di UGM beberapa waktu lalu. Dia mengenal Iksan sebagai anak yang pintar dan cerdas sejak kecil. Iksan juga dikenal pendiam dan tidak pernah main.

“Hobinya cuma belajar terus di rumah. Tidak pernah main. Jadi memang sudah pintar dari kecil,” kata Suyatmi dijumpai di tokonya di Pasar Jongke Karanganyar.

Advertisement

Prestasi Iksan sebagai lulusan terbaik UGM sangat membanggakan keluarga besarnya. Apalagi mayoritas keluarganya hanyalah pedagang kecil di pasar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif