SOLOPOS.COM - Jajaran Muspika Jenar, Sragen, mengecek jalan yang dibangun warga di Dukuh Kedungwaduk, Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Sragen, Selasa (2/5/2023). (Istimewa/Dani Wahyu Setiawan)
Solopos.com, SRAGEN — Sebuah video yang menayangkan seorang ibu-ibu beradu mulut dengan perempuan pekerja proyek pembangunan jalan di Kecamatan Jenar, Sragen, viral di media sosial. Video itu direkam oleh ibu-ibu yang beradu mulut tersebut.
“Video viral itu terjadi pada Sabtu [29/4/2023] sekitar pukul 08.30 WIB. Saat itu warga persiapan membangun jalan cor model tangga, yakni hanya dicor di sisi kanan dan kiri, sedangkan tengahnya tidak dicor. Tahu-tahu ada perempuan datang merekam video dan menanyakan tentang upah tukang/tenaga senilai Rp14 juta. Perempuan itu menginginkan upah itu masuk kas RT, namun masyarakat tidak setuju,” ujar Camat Jenar, Dani Wahyu Setiawan, memberikan klarifikasi, Rabu (3/5/2023).
Pembangunan jalan itu dilakukan di Dukuh Kedung Waduk RT 06, Desa Banyurip, Jenar. Setelah diklarifikasi Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Jenar, upah tenaga dan tukang itu akan diberikan setelah proyek pekerjaan selesai. Berdasarkan keputusan rapat rukun tetangga (RT), warga bersepakat untuk menggunakan upah tenaga dan tukang itu untuk melanjutkan membangun jalan secara swadaya.
Dani menyebut pekerjaan proyek jalan desa itu dibiayai dana desa (DD) senilai Rp83,6 juta. Pekerjaan proyek itu diserahkan kepada lingkungan RT yang bersangkutan.
Dani menyebut pekerjaan proyek jalan desa itu dibiayai dana desa (DD) senilai Rp83,6 juta. Pekerjaan proyek itu diserahkan kepada lingkungan RT yang bersangkutan.
Sebelumnya pada Jumat (28/4/2023), warga sudah menggelar musyawarah di rumah Ketua RT setempat. Musyawarah itu menghasilkan kesepakatan upah tukang atau tenaga dikasihkan kepada warga yang berhak. Setelah itu warga akan mengembalikan uang upah tukang/tenaga itu untuk menambah volume jalan yang dibangun.
“Kalau sesuai RAB [rencana anggaran biaya] panjangnya 333 meter dengan tambahan dana tukang itu jalan diharapkan bisa jadi 400-an meter. Lebar cor 80 cm di sisi kanan dan 80 cm di sisi kiri sehingga lebar total 1,6 meter dengan ketebalan 12 cm,” jelas Dani.
“Setelah kami cek ternyata prosesnya sesuai aturan. Tim pelaksana kegiatan (TPK) juga sesuai aturan. Setelah semua proses sesuai aturan, kemudian kami mendamaikan dua warga yang berseteru tersebut tetapi dari pihak penggunggah video tidak hadir. Saat dicari ke rumahnya juga tidak ada di rumah,” ujar Dani.
Ia menjelaskan jalan yang dibangun merupakan jalan desa yang menghubungkan ke kebun tebu. “Proyeknya belum selesai, karena pekerjaannya baru berjalan sejak Sabtu. Kira-kira baru jalan 100 meter. Kami juga menyemangati masyarakat supaya segera menyelesaikan pekerjaan itu. Upah tukang itu mau dipakai sendiri atau disumbangkan untuk membangun jalan lagi silakan,” jelasnya.
Bayan I Desa Banyurip, Lagiyono, menyampaikan jalan yang sedang dibangun ini tembus ke lokasi perkebunan tebu dan jalur penduduk. Jalan ini sudah 10 tahun rusak da baru diperbaiki sekarang.
“Terkait video viral itu, saat pekerjaan baru dimulai kemudian ada pihak yang bertanya ke masyarakat. Padahal sudah dirapatkan di rumah Ketua RT dan yang bersangkutan juga hadir dengan mengatasnamakan LSM [lembaga swadaya masyarakat]. Sebagai warga, kami kerjakan apa adanya. Upah tenaga atau tukang akan dibayarkan setelah selesai pekerjaan senilai Rp14 juta,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di sela-sela bekerja membangun jalan itu, Rabu siang.
Semua pekerjaan pembangunan jalan itu, sambungnya, dilakukan warga di RT 006 Kedungwaduk. Setelah upah dibayarkan, warga berencana menyumbangkannya untuk memperpanjang jalan dari 333 meter menjadi 410 meter. “Warga lainnya ada yang ikut menyumbang swadaya lagi. Kesepakatan warga itu juga sudah diketahui kepala desa dan Ketua BPD,” jelasnya.