SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk cikungunya (Dok/JIBI)

Solopos.com, WONOGIRI—Wabah chikungunya yang menyerang penduduk Kecamatan Giripurwo semakin meluas. Setelah melumpuhkan puluhan penduduk Desa Kerdukepik, dalam waktu yang singkat penyakit itu telah menyerang 25 warga di Desa Salak yang letaknya berada di sisi timur Desa Kerdukepik.

Menurut penuturan warga Desa Salak, serangan chikungunya sangat cepat sekali menyebar. Dalam waktu kurang dari dua pekan, sudah ada puluhan orang yang terjangkit penyakit itu. Padahal warga setempat telah melakukan kerja bakti untuk mencegah migrasi nyamuk dari Desa Kerdukepik ke Desa Salak.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sejumlah warga menyayangkan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Wonogiri tidak segera menindak laporan warga yang terjangkit chikungunya. Salah seorang warga Desa Salak, Tardi, 68, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Selasa (3/12/2013), berharap penyebaran chikungunya segera ditangani. Tiga anggota keluarganya saat ini menderita penyakit itu. “Belum ada satu pekan ini saya sudah sembuh dari chikungunya, tetapi tiga penghuni rumah malah kena,” ujarnya.

Tak hanya keluarganya, sejumlah warga sekitar rumahnya baru-baru ini juga terjangkit chikungunya. Diperkirakan, di tiap rumah rata-rata terdapat tiga hingga empat penderita. Ia dan warga lainnya mempertanyakan mengapa hingga saat ini belum ada fogging dari DKK. “Mengapa tidak segera ada tindakan, padahal sudah menyerang lebih dari 25 warga lebih,” ungkapnya

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) DKK, Suprio Heryanto menjelaskan tidak akan melakukan fogging di Desa Salak. Untuk mengatasi penyebaran nyamuk itu, pihaknya mengandalkan pemberantasan nyamuk dengan bubuk abate ke sarang nyamuk. “Kami tidak melakukan fogging untuk darah chikungunya. Tindakan pengasapan hanya akan dilakukan bila ada indikasi penyebaran penyakit demam berdarah (DB). Untuk daerah Kerdukepik memang sebelumnya ada warga yang terserang DB, karena itu dilakuan fogging,” jelasnya.

Ia menekankan bila wabah chikunganya tidak menyebabkan kematian. Hanya, chikungunya akan merugikan warga yang terserang. Untuk itu, ia mendorong ke masyarakat untuk meningkatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Di sisi lain, ia juga mengatakan tindakan fogging memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dalam satu kali penyemprotan, biaya yang dikeluarkan mencapai Rp1,5 juta-Rp3 juta. Selain itu, stok cairan pestisida untuk fogging untuk bulan ini terbatas.

“Bulan Desember hingga Januari sangat rawan dengan perkembang demam berdarah, dengan stok cairan yang masih tersisa hanya satu drum ini di bagi ke daerah yang berpotensi DB,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya