Soloraya
Rabu, 19 Juni 2013 - 16:52 WIB

WABAH DBD SOLO : Sudah Kehilangan Anak, Warga Joyosuran Dikira Memojokkan Pemkot

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Fogging (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Ilustrasi Fogging (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

SOLO — Wabah demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi di Kota Solo terutama di Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon Solo yang menyebabkan satu orang meninggal dunia berbuntut panjang. Selain warga yang mengancam demo Pemkot akibat lambannya pengasapan atau fogging di lokasi, orang tua korban meninggal dunia akibat DBD (Rida Muslimah), Heru Prasetyo justru dinilai memojokkan pihak puskesmas dan Pemkot Solo.

Advertisement

Heru menuturkan, Rabu (19/6/2013) pagi didatangi petugas dari Puskesmas Gajahan dan Dinas Kesehatan Kota (DKK).

“Saya dikira memojokkan pihak puskesmas dan Pemkot. Padahal kula ngomong opo eneke (saya bilang apa adanya). Mungkin mereka khawatir karena sudah keluar di media massa,” jelas Heru kepada Solopos.com, Rabu.

Selain itu, kata Heru, petugas yang mendatangi dirinya tidak percaya apabila Rida meninggal dunia karena terjangkit penyakit DB. Pihaknya juga diminta menunjukkan surat dari tim medis yang menyatakan keterangan penyakit yang diderita Rida adalah DB.

Advertisement

“Yang menyatakan DB itu ya dari pihak rumah sakit. Keterangan di laboratorium juga dinyatakan positif DB. Saya tidak mikirin soal surat keterangan karena panik menyaksikan anak saya meninggal dunia. Apa gunanya saya bohong, lagian anak saya sendiri yang menjadi korban,” tutur Heru dengan nada sedih.

Saat dimintai konfirmasi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DKK Solo, Efi Setyawati menyatakan kasus DBD di Kota Solo pada 2013 yakni 136 kasus dengan angka kematian empat orang.

“Kami sudah menindaklanjuti dengan menerjunkan tim ke Joyosuran. Hasil investigasi akan dilakukan fogging dengan radius 200 meter, mungkin hari Minggu besok bersih-bersih dulu, terus Senin depan baru fogging,” papar Efi.

Advertisement

Pihaknya menyangkal pernyataan warga yang memojokkan DKK tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Sebelum terjadi kematian karena penyakit DB, sambung Efi, tim medis telah menawarkan kepada warga sekitar. Tapi ternyata ada penolakan.

“Warga meminta petugas memberikan abate dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif