Soloraya
Selasa, 22 Oktober 2013 - 17:15 WIB

WACANA MAL MARHAEN : Pedagang Pasar Tanggul Tolak Pembangunan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Maket Pasar Tanggul (Istimewa/Dok/Solopos)

Maket Pasar Tanggul

Solopos.com, SOLO — Wacana Pemkot Solo membangun Mal Marhaen di lima kecamatan ditolak pedagang. Penolakan itu terlontar dari pedagang yang menempati Pasar Tanggul, Jebres yang dijadikan pilot project penggabungan konsep pasar tradisional dan pasar modern.

Advertisement

Penolakan pedagang atas rencana pembangunan Mal Marhaen karena dikhawatirkan merusak harga pasaran. Di samping itu, pedagang tidak mau berspekulasi membuka barang dagangan yang mengacu pada harga mal.

Sebagaimana diketahui, Pembangunan Mal Marhaen ini dilakukan dengan konsep dua lantai, latai dasar untuk
pasar tradisional sedangkan lantai satu untuk mal.

Advertisement

Sebagaimana diketahui, Pembangunan Mal Marhaen ini dilakukan dengan konsep dua lantai, latai dasar untuk
pasar tradisional sedangkan lantai satu untuk mal.

“Saya denger-denger pasar ini mau direnovasi, tapi saya belum tahu kalau mau dijadikan mal. Kalau dijadikan mal, jelas saya menolak,” jelas salah satu pedagang Pasar Tanggul, Devi Setiyaningsih, 32, saat ditemui di kiosnya, Selasa (22/10/2013).

Kendati belum jelas realisasi pembangunan mal, Devi tidak bisa membayangkan apakah perputaran ekonomi pasar tradisional yang berdiri sejak 1978-an itu akan tetap berjalan atau tersendat di tengah jalan.

Advertisement

Devi memaparkan barang dagangan dari mal atau supermarket diakui lebih murah dibandingkan dengan barang yang dijual pedagang di pasar tradisional. Sebab, semua barang dari mal didapat langsung dari produksi atau agen langsung, sedangkan pedagang tradisional membeli barang dari sales yang harganya lebih mahal.
“Selisihnya memang tidak seberapa, paling ya Rp25 sampai Rp500. Tapi selisih harga yang agak murah bisa memengaruhi minat pembeli untuk beralih ke mal. Inilah yang kami khawatirkan,” paparnya.

Devi berharap, pasar tradisional yang sudah ada saat ini supaya tidak disulap menjadi mal. Hanya saja, kata dia, Devi menginginkan ada renovasi pasar.

“Kalau pasar direnovasi yang lebih bagus, kami enggak apa-apa. Bangunannya biar kelihatan bersih dan lebih bagus tapi sistemnya masih tetap pasar tradisional,” pintanya.

Advertisement

Penolakan senada dipaparkan Sugiyatun, 48. Pedagang sembako ini pesimis terhadap perputaran ekonomi atas perubahan konsep pasar tradisional menjadi mal.
“Apakah akan dibedakan antara pedagang pasar tradisional dengan pedagang mal? Kalau ada perbedaan, pasti pedagang tradisional kalah. Karena harga di mal lebih murah,” papar dia.

Kepala Pasar Tanggul, Joko Subeno, memilih bungkam saat ditanya mengenai rencana pembangunan Mal Marhaen.

Saat ini Pasar Tanggul ditempati 155 pedagang dengan rincian, 10 pedagang kios dan 145 pedagang los. Luas bangunan pasar 2.400 meter persegi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif