SOLOPOS.COM - Para PKL melayani para siswa SD yang membeli dagangan mereka di sebelah barat SDN 4 Sragen, yakni di Jl. Setia Budi Sragen, Rabu (11/5/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Wacana Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, mensterilkan sekolah dari pedagang kaki lima (PKL) dinilai kalangan legislator di DPRD Sragen kurang bijak dan tergesa-gesa. Wacana tersebut dinilai merugikan dan berpotensi mematikan para PKL yang notabene harus dibantu untuk bangkit.

Penilaian wacana sterilisasi sekolah dari PKL tak bijak itu salah satunya disampaikan Wakil Ketua DPRD Sragem, Ari Surawan, Jumat (13/5/2022). Dia berpendapat solusi dari upaya pencegahan penularan hapatitis akut di kalangan para siswa adalah dengan memberikan penyuluhan terhadap para PKL. Mereka bisa diminta untuk menjaga kebersihan makanan dan minuman yang mereka jual.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Penyuluhan itu tidak hanya diberikan kepada PKL, tetapi juga kepada para guru dan siswa. Terutama untuk menjaga protokol kesehatan, seperti pakai masker, mencuci tangan, dan jaga jarak,“ ujar legislator dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) itu.

Penggunaan sendok, piring, gelas secara bersama-sama itu juga perlu dihindari karena bisa menularkan virus adeno yang menempel pada makanan dan minuman.

Lebih jauh Aris menerangkan jika wacana Bupati Yuni soal sterilisasi sekolah dari PKL dilaksanakan, maka para PKL itu bisa mati ekonominya. Menurutnya, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus bersifat solutif tanpa menimbulkan masalah baru.

Baca Juga: PKL Keberatan Atas Wacana Bupati Sragen Soal Sterilisasi Sekolah

“Lebih baik mereka [PKL] disuluh dari puskesmas yang berkoordinasi dengan sekolah agar bisa menyajikan makanan dan minuman yang higienis. Jadi lebih pada membina PKL sehingga penyakit hepatitis akut bisa dicegah dan penyakit kantong kering bisa diatasi,“ ujarnya.

Dia mengakui penyakit hepatitis akut wajib diwaspadai. Pasalnya sejauh ini sudah ada 12 negara yang terjangkit hepatitis akut tetapi penyebabnya belum diketahui. Rata-rata penderitanya berusia 16 tahun ke bawah dengan gejala mual, muntah, diare, sampai demam ringan.

Pada kasus berat, bisa mengalami putih mata menjadi kuning, kulit jadi kuning, tinja putih pucat, bahkan bisa kejang dan gangguan kesadaran. “Kalau gejala ringan masyarakat tidak perlu khawatir, cukup diberi antisimptomatis, seperti obat mual, obat muntah, obat diare, obat panas, dan seterusnya. Kalau berlanjut hubungi dokter terdekat,“ katanya.

Baca Juga: Gara-Gara Hal Ini Bupati Sragen Larang Siswa Jajan di Sekolah

Anggota Komisi IV DPRD Sragen, Muh. Haris Effendi, menambahkan wacana itu sebenarnya baik untuk mencegah penularan virus hepatitis akut, tetapi jangan tergesa-gesa. Dia menerangkan Pemkab lebih baik menunggu kejelasan virus tersebut.

“Artinya jangan sampai ada yang dikorbankan karena virus itu belum diketahui penyebabnya secara pasti. Dengan wacana kebijakan sterilisasi sekolah dari PKL itu akan berdampak pada PKL yang dirugikan. Jadi harus disikapi betul. Virus itu memang menular lewat saluran pernapasan dan pencernaan. Dipelajari dulu kasusnya sebelum mengambil kebijakan,“ katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya