Soloraya
Senin, 26 April 2021 - 15:58 WIB

Waduh, 1.348 Anak Balita Karanganyar Alami Gejala Stunting

Sri Sumi Handayani  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dampak buruk stunting pada anak dan bagaimana mencegahnya. (Whisnu Paksa/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sebanyak 1.348 anak balita di Kabupaten Karanganyar termasuk kategori stunting atau kerdil. Dari jumlah itu kasus tertinggi di Desa Gebyog, Kecamatan Mojogedang, yakni 92 bocah.

Ribuan balita stunting itu berada di 34 desa di tujuh kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yakni Jatiyoso, Jatipuro, Gondangrejo, Jenawi, Kebakkramat, Mojogedang, dan Karangpandan.

Advertisement

Solopos.com menghimpun data tersebut dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karanganyar pada Senin (26/4/2021). Dinkes mengolah data dari hasil pemantauan status gizi (PSG) dan penimbangan serentak pada Februari dan Agustus tahun 2020.

Baca juga: Bupati Karanganyar Ajak ASN Doakan ABK KRI Nanggala 402

Advertisement

Baca juga: Bupati Karanganyar Ajak ASN Doakan ABK KRI Nanggala 402

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar berupaya menekan angka stunting di Kabupaten Karanganyar secara bertahap hingga tahun depan, 2022.

Salah satu cara membentuk lokus di setiap desa per tahun. Target kerja tahun ini pembentukan lokus di 16 desa sedangkan sisanya 18 desa dilakukan tahun depan.

Advertisement

“Saya butuh bantuan dinas terkait, seperti [Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana] DP3APPKB, Disdikbud, DPUPR, Dinsos, Dispermades, Dispertan PP, Diskominfo, Disparpora, dan lain-lain. Target kami bisa menurunkan stunting 4% setiap tahun,” kata Purwati saat memberikan sambutan.

Baca juga: Muncul Klaster Masjid Di Jaten Karanganyar, 12 Orang Positif Covid-19

Setiap dinas, lanjut dia, memiliki peran berbeda dalam upaya menekan stunting. Dia mencontohkan DPUPR mendukung pengadaan air bersih dan jamban, Dinsos melalui PKH dan jaminan sosial lain, dan lain-lain.

Advertisement

Tanda Tangan Deklarasi Komitmen

Pada kegiatan itu, OPD terkait, perwakilan desa dan kecamatan menandatangani deklarasi komitmen pelaksanaan percepatan pencegahan anak kerdil (stunting) di Kabupaten Karanganyar.

“Pemantauan stunting di 34 desa di tujuh kecamatan. Rata-rata angka stunting Karanganyar 13,8%. Tahun 2019 menjadi 6,33%. Nah tahun 2020 turun menjadi 5, 86%. Turun sedikit karena terkendala pandemi Covid-19. Tahun ini diawali dengan membentuk 16 desa lokus penanganan stunting. Tahun depan perluasan ke 18 desa lokus,” jelasnya.

Baca juga: 40 Pelaku UKM Karanganyar Bikin Hampers Khas Karanganyar, Tengok Isinya...

Advertisement

Bupati Karanganyar, Juliyatmono, menginstruksikan pemerintah desa dan kecamatan menindaklanjuti data stunting itu melalui intervensi program tertentu.

Beberapa hal yang dapat disentuh oleh pemerintah di tingkat bawah adalah intervensi program ASI eksklusif selama dua tahun, pendidikan pranikah, pemberian asupan gizi balita, pendidikan gizi dan risiko untuk ibu hamil, dan lain-lain.

Nyuwun tulung ditindaklanjuti. Paling penting dimulai dari tahu posisi balita stunting ini dimana lalu lakukan intervensi sesuai kondisi masing-masing. Dinkes lewat puskesmas bisa mendata bayi belum genap dua tahun. Genjot asupan gizi untuk mereka. Tak golekke duit supaya bisa mencukupi asupan gizi bayi itu,” tutur Bupati.

Baca juga: Kolam Renang Intanpari Karanganyar Buka H-7 Lebaran

Selain menyasar bayi di bawah usia dua tahun, Bupati juga meminta pemerintah desa mendapat ibu hamil. Langkah tersebut untuk memantau asupan gizi dan kesehatan ibu selama hamil dan melahirkan.

Tujuannya jelas, kata dia, berupaya menekan angka kematian ibu melahirkan dan bayi.

“Dinas terkait yang tadi tanda tangan komitmen kudu melu ngeroyok program. Saya siap ikut ke desa-desa untuk sosialisasi,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif