SOLOPOS.COM - Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo Tenny Setyoharini (dari kiri),  Anggota DPRD Solo Elysabeth Pudjiningati, Koordinator Program Sub-sub Recipient (SSR) Mentari Sehat Indonesia Rishan Muhamad Mahfud memberikan keterangan pers di Ibis Styles Solo, Jumat (16/12/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLODinas Kesehatan Kota (DKK) Solo menemukan ada 1.600 kasus penyakit tuberkulosis atau TBC per 14 November 2022 di Kota Bengawan. Enam wilayah kerja Puskesmas terpetakan menjadi skala prioritas penanggulangan TBC karena jumlah temuannya paling banyak.

Butuh upaya kolaboratif dengan berbagai pihak untuk mencapai target eliminasi TBC 2025. Hal itu mengemuka dalam konferensi pers Pernyataan Bersama Komitmen Penanggulangan TBC Kota Solo di Ibis Styles Solo, Jumat (16/12/2022).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hadir sebagai narasumber konferensi pers Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota (DKK)  Solo Tenny Setyoharini dan Anggota DPRD Solo Elysabeth Pudjiningati.

Kemudian Koordinator Program Sub-sub Recipient (SSR) Mentari Sehat Indonesia Rishan Muhamad Mahfud dan perwakilan Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, RS PKU Muhammadiyah,  dan RSUD dr Moewardi Solo.

Tenny mengatakan temuan 1.600 kasus TBC di Kota Solo itu 91 persen dari target temuan sebanyak 1.758 kasus pada 2022 untuk orang dewasa. Masih ada waktu untuk melakukan penelusuran kontak sampai akhir tahun.

Baca Juga: Temuan Kasus TBC di Jateng Baru Capai 56,6%, Dinkes Ungkap Kendala

Sementara deteksi terhadap suspek TBC sudah mencapai 141 persen dari target pada tahun ini. Tenny tidak hafal mengenai kasus pada 2021 dan meminta waktu untuk mengecek data tersebut saat ditanya wartawan.

Sedangkan berdasarkan catatan Solopos.com, ada temuan 815 kasus TBC di Kota Solo pada 2020 dan 1.803 kasus pada 2019. Jumlah temuan kasus pada 2020 sedikit sebab ada pandemi Covid-19 yang menjadi kendala dalam penelusuran kontak.

Penelusuran Suspek

“Semoga dengan target penelusuran suspek yang terlampaui bisa mengendalikan penyakit TBC. Tidak dimungkiri fasyankes di Kota Solo menjadi rujukan bagi warga sekitar Kota Solo,” katanya.

Menurut dia, ada enam wilayah puskesmas dengan temuan kasus TBC paling banyak, yakni Puskesmas Purwosari dengan wilayah kerja Kelurahan Purwosari, Kerten, dan Jajar. Kemudian Puskesmas Ngoresan dengan wilayah kerja Kelurahan Jebres.

Baca Juga: 42.148 Penduduk Jateng Menderita TBC, Wagub: Masih Banyak yang Anggap Sepele

Puskesmas Pajang dengan wilayah kerja Kelurahan Pajang, Sondakan, Karangasem, dan Kelurahan Laweyan; Puskesmas Nusukan dengan wilayah kerja Kelurahan Nusukan; Puskesmas Banyuanyar dengan wilayah kerja Banyuanyar dan Sumber.

Kemudian Puskesmas Sibela dengan wilayah kerja Kelurahan Mojosongo. “Kelurahan Mojosongo ini areanya luas [terluas dari wilayah kelurahan lainnya]” jelas Tenny.

Dia mengatakan DKK Solo melakukan upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif bekerja sama dengan sejumlah pihak berkepentingan, antara lain rumah sakit, masyarakat/komunitas peduli TBC, termasuk SSR Mentari Sehat Indonesia.

Menurut dia, periode waktu untuk menyembuhkan pasien TBC sekitar enam sampai sembilan bulan. Pada 2021, sebanyak 84 persen pasien telah sembuh sedangkan 61 orang meninggal dunia.

Baca Juga: Ironis! 1.147 Penderita TBC di Jateng Setop Pengobatan, Pemicunya Ini

Metode Tes Cepat Molekuler

Tenny menjelaskan ada sebanyak 134 dokter praktik serta klinik di Kota Solo dan 93 di antaranya telah bekerja sama denga puskesmas serta berkomitmen dalam penanggulangan TBC. Selain itu, sejumlah organisasi profesi telah membentuk koalisi penanggulangan TBC, antara lain Ikatan Dokter Indonesia dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Tenny mengatakan metode tes cepat molekuler sudah bisa dilakukan di RSUD dr Moewardi, RS Kasih Ibu, RSUP Kota Solo, RSUD Bung Karno. RSUD Ibu Fatmawati Soekarno sebenarnya bisa namun alat untuk tes cepat sedang rusak.

Sementara itu, Rishan mengatakan Mentari Sehat Indonesia berkolaborasi dengan DKK Solo untuk melakukan investigasi kontak bergejala yang mengarah ke TBC. Selanjutnya sebanyak 33 kader melakukan pendampingan kepada pasien untuk minum obat.

Baca Juga: Temuan TB Paru di Boyolali Terus Meningkat, September Capai 761 Kasus

“Kami membantu pengawasan khususnya kepada pasien untuk meminum obat. Pasien minum obat ada efek sampingnya dan kader harapannya memastikan pasien tidak sampai putus obat,” ungkapnya.

Dia mengatakan Mentari Sehat Indonesia  ingin menemukan sebanyak-banyaknya kasus serta membantu dalam pengobatan. Harapannya semua pihak yang berkepentingan terlibat dalam penanggulangan TBC di Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya