SOLOPOS.COM - Ilustrasi kulit sapi yang terserang LSD. (bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id).

Solopos.com, WONOGIRI — Sebanyak 327 ekor sapi terjangkit penyakit lumpy skin disease atau LSD di Wonogiri sejak awal Februari 2023. Dari jumlah tersebut, dua ekor sapi di antaranya mati.

Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri masih menginvestigasi penyebab pasti penularan LSD pada sapi-sapi tersebut. Kepala Dislapernak Wonogiri, Sutardi, melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Magdalena Pancaningtyas, mengatakan kasus pertama LSD di Wonogiri ditemukan pada awal Februari.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Saat itu LSD menjangkiti sapi di Kecamatan Selogiri. Dislapernak masih terus menginvestigasi penyebab pasti penularan penyakit sapi itu di samping memberikan terapi pengobatan terhadap sapi yang sudah terjangkit. 

Menurut dia, LSD merupakan penyakit kulit pada hewan ternak seperti sapi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini bisa menular melalui kulit, air liur, dan juga vektor serangga seperti lalat atau nyamuk. Namun demikian, di Wonogiri ada beberapa anomali kasus LSD yang ditemukan. 

“Sapi yang sekandang dengan sapi yang terkena LSD tidak mesti tertular. Ada juga sapi yang jauh di pelosok, belum terpapar sapi luar atau sapi yang terkena LSD tapi sapi itu kena. Nah ini yang sedang kami investigasi,” kata Tyas saat dihubungi Solopos.com, Selasa (14/3/2023).

Data Dislapernak Wonogiri mencatat LSD sudah menjangkiti 327 ekor sapi hingga Senin (13/3/2023). Sapi-sapi yang terkena LSD itu tersebar di 17 kecamatan dari 25 kecamatan di Wonogiri.

Temua kasus LSD itu di antara di Wonogiri, Manyaran, Ngadirojo, dan Pracimantoro. Dua sapi terjangkit LSD dinyatakan mati di Kecamatan Nguntoronadi dan tujuh sapi berhasil sembuh di Kecamatan Manyaran. Kasus aktif saat sebanyak 318 sapi.

Tyas melanjutkan sapi yang terkena LSD memiliki tanda-tanda seperti demam, nafsu makan berkurang, muncul nodul atau benjolan-benjolan di badan sapi, hingga muncul leleran pada mata dan hidung. 

Belum Ada Obat yang Manjur untuk LSD

LSD bisa sembuh dengan cepat dalam waktu tiga-empat hari jika nodul yang muncul di badan sapi belum terlalu banyak dan parah. Saat ini belum ada obat atau vaksin yang benar-benar manjur untuk mengobati penyakit yang baru ditemukan pada 2022 ini.

Pengobatan yang dilakukan di pada sapi kena LSD di Wonogiri saat ini hanya menyesuaikan kondisi dan kebutuhan sapi. “Misalnya sapi dalam keadaan demam, obat penurun panas akan diberikan. Baru sebatas itu. Kalau sudah parah, proses penyembuhannya lama, bahkan sebulan benjolannya masih ada,” ucap dia.

Tyas mengimbau peternak segera melapor ke petugas atau mantri hewan di setiap kecamatan jika sapinya muncul indikasi terkena LSD. Tyas menyebut penularan LSD ini cukup cepat dan mudah dibandingkan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sempat menyerang sapi-sapi di Wonogiri pada 2022 lalu. 

Terpisah, Camat Pracimantoro, Wonogiri, Warsito, menyampaikan ada sejumlah sapi yang terkena LSD di Pracimantoro dan saat ini masih dalam penanganan. Belum ada laporan sapi mati karena LSD di wilayah itu.

Petugas sudah memberikan disinfektan di kandang-kandang yang terdapat sapi terjangkit LSD. Selain itu, pengobatan masih terus diberikan kepada sapi terjangkit virus LSD tersebut.

“Tapi kalau dibandingkan kasus PMK, penularannya [LSD] ini cukup cepat. Kalau PMK itu banyak yang mati tapi penularannya enggak mudah,” kata Warsito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya