SOLOPOS.COM - Suasana ruang perpustakaan darurat Pura Mangkunegaran, Solo, Rabu (11/8/2021). (Solopos-Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Naskah kuni yang tersimpan di perpustakaan Reksa Pustaka, Pura Mangkunegaran, Solo, banyak yang kondisinya hampir rusak. Padahal keberadaan naskah kuno itu penting sebagai catatan sejarah.

Pada sisi lain, upaya pelestarian manuskrip di Perpustakaan Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran maupun Museum Radya Pustaka terkendala karena minimnya pendanaan dan dukungan sarana prasarana (sarpras). Akibatnya, penyelamatan naskah melalui digitalisasi maupun alih aksaran belum maksimal. Padahal banyak yang hampir rusak.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pengelola Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran Solo, Darweni, kepada Solopos.com, Kamis (27/1/2022), menyatakan dukungannya pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Solo yang ingin mendorong Solo sebagai kota budaya dengan pelayanan yang gesit, inovatif, dan kreatif.

Baca Juga: Ribuan Koleksi Buku Perpustakaan Mangkunegaran Solo Dipindah, Ada Apa?

Darweni merujuk pada tema Diskusi Kelompok Terbatas (DKT) yang diadakan di Hotel Solia, Yosodipuro, Kamis (27/1/2022). Tema itu yaknni Pengembangan Kota Budaya yang Modern Didukung oleh Birokrasi yang Gesit dan Pelayanan Publik yang Kreatif dan Inovatif.

Namun untuk mewujudkannya, perpusatakaan Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran Solo masih terkendala minimnya sarpras. Saat ini mereka membutuhkan mesin fotokopi dan scan agar mempercepat alih media manuskrip Jawa di sana.

Alih Media dan Alih Aksara

“Saat ini kami kekurangan Sarpras. Kami memang sangat mendukung pelayanan cepat, tapi peralatannya enggak ada. Padahal koleksi kuno sangat rawan rusak dan perlu dialihmediakan. Yang kami perlukan adalah alat untuk scan data lama dan mesin fotokopi,” kata Darweni.

Baca Juga: Tanpa Ini, Pemimpin Baru Mangkunegaran Solo Tidak akan Punya Otoritas

Saat ini, kata Darweni, ada 750-an judul manuskrip Jawa yang tersimpan di Pura Mangkunegaran. Dari jumlah itu, baru 100-an judul yang dialihmediakan. Butuh waktu lama untuk alih media semua naskah karena tiap judul berisi ratusan hingga ribuan lembar teks.

Alih media manuskrip, menurut Darweni, sangatlah penting mengingat banyak naskah kuno yang kondisinya sudah tak layak. Beberapa bahkan sudah sangat rapuh jika dipegang. “Alih media juga memudahkan masyarakat. Selama ini pembaca harus menunggu lama kalau belum dialihmediakan,” kata Darweni.

Sementara itu, Reksa Pustaka selama ini banyak dikunjungi masyarakat dari dalam maupun luar negeri. Mayoritas adalah mahasiswa maupun akademisi dengan tujuan penelitian.

Baca Juga: Suksesi Mangkunegaran Memanas, Ini Kata Pemerhati Budaya Solo

Upaya Penyelamatan

Banyak isu yang biasanya ingin digarap di sana, mulai dari kebudayaan Jawa, Solo, maupun sejarah Pura Mangkunegaran. Kondisi naskah kuno di Museum Radya Pustaka juga hampir sama.

Pengelola yang juga hadir dalam DKT, Yanti, mengatakan di tempatnya ada 400-an naskah, namun hanya 10% yang sudah dialihaksarakan. Saat ini mereka terus berproses melakukan upaya penyelamatan manuskrip kuna tersebut.

Baca Juga: Berharap Suksesi Damai di Pura Mangkunegaran Solo, Tanpa Polarisasi

Kondisi naskah yang tersimpan di Radya Pustaka cukup beragam. Ada yang masih utuh, namun tak sedikit pula mendekati rusak. Naskah Babad Giyanti misalnya bahkan tidak bisa dibuka karena rusak.

Padahal naskah itu belum dialihaksarakan. Upaya yang mereka lakukan saat ini ya menjaga kondisi naskah dengan menyimpannya di ruangan khusus. Sembari menunggu giliran digitalisasi maupun alihaksara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya