Soloraya
Kamis, 11 Maret 2021 - 23:00 WIB

Waduh, Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Soloraya Naik, Termasuk Secara Virtual

Akhmad Ludiyanto  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan (freepik,com)

Solopos.com, SOLO — Angka kasus kekerasan terhadap perempuan wilayah Soloraya pada 2020 meningkat daripada tahun sebelumnya. Tak hanya kekerasan fisik secara langsung tapi juga secara virtual dan online.

Kekerasan secara online itu misalnya penyebaran konten pornografi, pengancaman, dan eksibisionis virtual melalui Whatsapp. Berdasarkan data yang diungkap Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (Spek-HAM), pada 2018 angka kekerasan terhadap perempuan wilayah Solo dan sekitar mencapai 58 kasus.

Advertisement

Tahun berikutnya atau 2019 angkanya meningkat menjadi 64 kasus. Sedangkan pada 2020 atau bertepatan dengan masa pandemi Covid-19, angkanya meningkat menjadi 80 kasus.

Baca Juga: Lagi, Anggaran Pengadaan Lahan JLT Sukoharjo Rp30 Miliar Digeser Untuk Penanganan Covid-19

Advertisement

Baca Juga: Lagi, Anggaran Pengadaan Lahan JLT Sukoharjo Rp30 Miliar Digeser Untuk Penanganan Covid-19

Manajer Divisi Pencegahan Penanganan Kekerasan Berbasis Masyarakat Spek-HAM, Fitri Haryani, memaparkan data tersebut hanya dari laporan yang masuk/ditangani Spek-HAM. Angka itu belum termasuk kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan/ditangani lembaga pelayanan lainnya di Soloraya.

Diyakini kasusnya lebih banyak dari itu. Dalam acara Peluncuran Catatan Tahunan Kasus Kekerasan Berbasis Gender Spek-HAM secara virtual, Rabu (10/3/2021), Fitri memaparkan tren kasus masih didominasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Jumlahn laporannya ada 62 kasus.

Advertisement

Baca Juga: Ditemukan Di Gorong-Gorong Boyolali, Bayi Ini Akhirnya Punya Orang Tua Asuh

Ia menambahkan korban eksibisionis virtual ini tidak banyak yang mengadu. Namun menurut beberapa korban yang mengadu, orang-orang sekelilingnya juga mengalami hal serupa.

Sementara itu, dalam kesempatan itu Fitri juga memaparkan kelompok usia korban dan pelaku kekerasan terhadap perempuan Soloraya. Sebaran kejadian masih didominasi Solo, dan ranah kasus masih didominasi domestik (dalam rumah tangga). “Pada umumnya kekerasan domestik ini pencetusnya ekonomi, namun data kami tidak demikian. Ada faktor lain yang memicunya,” katanya.

Advertisement

Sementara itu, tantangan Spek-HAM pada masa pandemi Covid-19 antara lain peningkatan kasus ini tidak dibarengi dengan penambahan sumber daya manusia (SDM) yang memberikan pelayanan. Selain itu, pada masa pandemi Covid-19 ada pembatasan mobilitas sehingga penyelesaian kasus menjadi tertunda.

Baca Juga: Pembebasan Lahan Tol Solo-Jogja Klaten Baru Kelar 5 Desa, Totalnya Rp300 Miliar

Kerja Kolaboratif

Sementara itu, Direktur Spek-HAM, Rahayu Purwaningsih, mengatakan kekerasan berbasis gender pada 2020 di tingkat nasional juga meningkat signifikan.

Advertisement

Data nasional menyebutkan pada 2019 terdapat kekerasan melalui teknologi (ponsel) sebanyak 241 kasus dan pada 2020 naik menjadi 940 kasus. “Kekerasan gender berbasis online ini menjadi keprihatinan bagi kita semua,” ujarnya.

Baca Juga: Tebing Longsor Lagi, JLK Wonogiri Ruas Mapolres-Pare Ditutup

Dalam kesempatan yang sama, dosen Sosiologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Ahmad Romdhon dalam menanggapi kekerasan gender berbasis online mengatakan perlu kerja kolaboratif untuk pencegahannya.

Selain itu, literasi digital merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan saat ini. “Literasi digital sangat urgent. Mitigasi dalam bentuk literasi sangat krusial,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif