SOLOPOS.COM - Ilustrasi lahan pertanian di Klaten. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten sudah memetakan daerah-daerah pertanian yang rawan terdampak kemarau disertai fenomena El Nino tahun ini. Lahan pertanian yang rawan tersebut tersebar di 21 kecamatan.

Kepala DKPP Klaten, Widiyanti, mengatakan indikasi lahan pertanian terdampak El Nino yakni lahan yang selalu mendapatkan pasokan air mendadak tak ada irigasi ketika kemarau tiba. “Sampai saat ini, belum ada laporan terkait dampak tersebut,” kata Widiyanti, Kamis (24/8/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Disinggung stok pangan di Klaten, Widiyanti mengatakan hingga kini masih aman. Stok pangan di Klaten diperkirakan cukup untuk enam bulan mendatang.

“Kemarin data existing sawah di Klaten ada 21.000 hektare ditanami padi. Ini kalau misalkan dipanen menghidupi masyarakat Klaten, bisa untuk persediaan hingga enam bulan,” kata Widiyanti.

Meski belum ada dampak kemarau dan fenomena El Nino pada lahan pertanian, Widiyanti menjelaskan DKPP Klaten melakukan pemetaan lahan yang rawan terdampak kekeringan. Pemetaan dilakukan di 21 kecamatan.

Pemetaan itu dilakukan dengan mengidentifikasi sumber air untuk irigasi mulai dari sungai, sumur, dan lain-lain. “Kalau ada sumur pompanya ada berapa. Di 21 kecamatan itu ada sekitar 3.320 unit pompa. Ini kami cek ada sumber airnya atau tidak. Untuk titik lokasi sumur-sumurnya masih kami data,” kata dia.

Sayangnya, soal ketersediaan air di masing-masing sumur, Widiyanti menjelaskan DKPP belum memiliki teknologi untuk mengecek kapasitas air di dalam tanah. Namun, DKPP sudah mengajukan permintaan ke Kementerian Pertanian (Kementan) agar bisa membantu mengecek potensi sumber air masing-masing sumur tersebut.

Widiyanti menyarankan agar petani di daerah yang ketersediaan airnya terbatas saat kemarau tiba untuk menanam jenis tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Misalnya, jenis tanaman palawija yang relatif tak membutuhkan air dalam jumlah banyak.

“Kalau untuk saat ini khususnya di daerah yang airnya terbatas, saran kami menanam padi yang varietas tahan kekeringan atau varietas yang super genjah. Sehingga dalam waktu singkat bisa berbuah. Kalau tidak, bisa ditanami tanaman kacang hijau kedelai, jagung, dan lainnya yang tidak membutuhkan banyak air,” kata Widiyanti.

Kabid Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan DKPP Klaten, Lilik Nugraharja, mengatakan lahan yang dalam pemantauan rawan kekeringan ada sekitar 4.000 hektare (ha) dan tersebar di 21 kecamatan. Hingga kini, kondisi lahan pertanian itu masih aman alias irigasi masih lancar.

Kabid Sumber Daya Air (SDA) DPUPR Klaten, Darminto, mengatakan kondisi sumber-sumber air di Klaten relatif belum terdampak kekeringan. Namun, rata-rata debit airnya menurun. “Debit di sungai-sungai itu mulai menurun. Volume Rawa Jombor juga menurun, tinggal 70 persen,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya