Soloraya
Minggu, 12 Desember 2021 - 15:39 WIB

Waduh, Masih ada Ribuan Difabel Wonogiri yang Belum Divaksin

Rudi Hartono  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyandang tuli menjalani skrining dengan bantuan penerjeman bahasa isyarat sebelum divaksin di Mapolres Wonogiri, Kamis (5/8/2021). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Ribuan penyandang disabilitas atau difabel di Kabupaten Wonogiri belum divaksin. Mereka merupakan difabel dengan tingkat disabilitas berat.

Tak sedikit dari mereka yang kemungkinan masih trauma. Ini karena sebagian dari mereka menjadi difabel setelah disuntik di bagian tubuh tertentu.

Advertisement

Penyuntikan itu untuk mengobati penyakit tertentu, seperti demam. Mereka yang bersedia akan divaksin menggunakan jenis vaksin yang hanya disuntikkan satu kali, yakni Jhonson and Jhonson.

Baca Juga: Belum Vaksinasi, Sejumlah ODHA di Wonogiri Tak Siap Ditanya Petugas

Advertisement

Baca Juga: Belum Vaksinasi, Sejumlah ODHA di Wonogiri Tak Siap Ditanya Petugas

Vaksinasi terhadap mereka akan dilakukan dengan jemput bola dari pintu ke pintu. Difabel yang tidak bersedia divaksinasi tidak akan dipaksa.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Wonogiri, Kurnia Listyarini, saat ditemui Solopos.com di Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, Jumat (10/12/2021), menginformasikan difabel yang menjadi sasaran vaksinasi (berusia lebih dari 12 tahun) sebanyak 9.945 dari total 10.579 orang difabel.

Advertisement

Baca Juga: Cakupan Vaksinasi Dosis I di Wonogiri Capai 91 Persen, Mantap!

Pada bulan itu rata-rata difabel baru menjalani vaksinasi dosis I. Selama Oktober-pertengahan Desember ini tidak menutup kemungkinan mereka sudah mendapatkan dosis lengkap.

“Difabel yang belum tervaksinasi adalah difabel berat. Mereka tidak bisa pergi ke tempat layanan vaksinasi. Karena itu, vaksinasi terhadap mereka harus jemput bola dari rumah ke rumah,” kata Kurnia.

Advertisement

Dia mengaku sudah mengajukan surat permohonan kepada Kementerian Sosial (Kemensos) agar difabel itu dapat divaksinasi menggunakan jenis vaksin satu dosis atau hanya satu kali penyuntikan, yakni Jhonson and Jhonson. Hal itu untuk memudahkan proses vaksinasi.

Baca Juga: SHG Wonogiri Berharap Pendidikan bagi Difabel Anak Diperhatikan

Kemensos sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membahas permohonan dari Dinsos. Kemensos sudah menyetujui permohonan tersebut.

Advertisement

“Pemerintah pusat sudah memberi lampu hijau, jadi nanti vaksinasi terhadap difabel akan pakai vaksin Jhonson and Jhonson,” imbuh Kurnia.

Dia melanjutkan, orang menjadi difabel disebabkan beberapa faktor, meliputi genetik, setelah mendapat tindakan medis dengan cara disuntik di bagian tubuh tertentu saat masih kecil, dan kecelakaan. Vaksinasi terhadap orang yang menjadi difabel setelah disuntik saat masih kecil perlu pendekatan tersendiri. Sebab, saat ini mereka masih trauma.

Baca Juga: KPU Boyolali Gelar Cerdas Cermat Demokrasi untuk Difabel

“Dulu ada kejadian saat sakit demam mereka disuntik di bagian tubuh tertentu. Suntikan itu untuk mengobati penyakit yang diderita. Namun, setelah menjalani tindakan medis itu justru menjadi difabel. Itu membuat trauma,” ujar Kurnia.

Vaksinasi terhadap difabel akan dilaksanakan setelah vaksinasi dosis II terhadap masyarakat umum selesai. Tim vaksinator bisa melaksanakan vaksinasi secara jemput bola.

Kurnia berharap vaksinasi jemput bola dapat dilaksanakan Desember ini. Petugas tidak akan memaksa jika ada yang menolak vaksinasi.

Baca Juga: Tokoh Difabel Kota Solo Dorong Kesetaraan Akses Pekerjaan

“Orang umum saja masih ada yang tak mau divaksinasi, apalagi difabel yang punya kondisi khusus,” ulas Kurnia. Dia menambahkan, ada difabel yang pernah terpapar Covid-19, tetapi tidak banyak. Mereka bisa sembuh. Kurnia memastikan hingga saat ini tidak ada klaster penularan Covid-19 difabel.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif