SOLOPOS.COM - Sebuah baliho pengumuman penutupan pasar terpasang di Pasar Hewan Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah, Selasa (31/5/2022). (Antara/Mohammad Ayudha)

Solopos.com, SRAGEN — Pedagang sate kambing dan bakul kambing kesulitan membeli kambing lantaran semua pasar hewan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ditutup.

Pasar kambing di Kabupaten Sragen ditutup lantaran wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK. Salah seorang pegadang satai kambing di Mungkung, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Sulardi, kepada Solopos.com, Senin (6/6/2022), menyampaikan unek-unek.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurutnya kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menutup seluruh pasar hewan lantaran wabah PMK itu menganggu perekonomian.

Dia mengatakan PMK menyerang sapi tetapi kambing terkena dampak. Pasar kambing ditutup. Padahal, perekonomian yang berputar di pasar kambing itu, ujar dia, besar.

“Yang ada masalah kan sapi, kenapa pasar kambing ditutup? Kalau pasar kambing ditutup sama saja memberhentikan ekonomi masyarakat yang setiap pasaran menggantungkan nasib di pasar kambing. Setiap pasaran itu ada warga yang bekerja memegangi tali kambing. Bisa mendapatkan upah Rp5.000 atau Rp10.000. Dengan pasar ditutup mereka tidak bisa bekerja lagi,” jelasnya.

Baca Juga : Cerita Mantri Hewan di Tengah Wabah PMK yang Meroket di Sragen

Dia mengatakan pasar kambing yang ditutup itu ada di Desa Jambeyan dan Desa Kadipiro Kecamatan Sambirejo, Kecamatan Gondang, Desa Gabugan Kecamatan Tanon, Kecamatan Tangen, Kecamatan Sumberlawang, dan Kecamatan Sragen.

Sulardi yang juga pelaku usaha satai kambing menyatakan kesulitan mencari kambing. “Ini unek-unek kami yang juga unek-unek pedagang kambing. Di Karanganyar saja pasar kambing masih buka kenapa di Sragen ditutup semua,” ujar dia.

“Saya mencari kambing sampai Karanganyar, seperti di Jambangan [daerah di Kecamatan Mojogedang] dan Pelang [daerah di Kecamatan Jenawi]. Penutupan pasar kambing itu menganggu perekonomian. Apalagi mendekati musim haji,” imbuh dia.

Sulardi bisa menyembelih 1-3 ekor per hari tergantung pelanggan ramai atau tidak. Sulardi biasa membeli kambing di pasar kambing, seperti di Nglangon, Gabugan, Sumberlawang, Tangen, Kadipiro, dan Sukodono. Tetapi, semua tutup.

Baca Juga : Tambah Lagi, Jumlah Sapi di Sragen yang Terserang PMK

Warga Grasak, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, Munawardi, 50, menyatakan penutupan pasar kambing itu jelas merugikan. Dia menyatakan kebijakan penutupan pasar kambing itu tanpa solusi.

“Saya biasanya pegang dadung kambing itu bisa dapat Rp10.000-Rp20.000 per ekor. Sekarang tidak bisa apa-apa dan mau makan apa? Kami minta pasar kambing dibuka supaya ekonomi kami ini bisa obah [bergerak] lagi,” keluhnya.

Dia mengatakan bakul kambing yang berjualan di pasar kambing dikejar-kejar supaya pulang saat ini. Dia mengaku penghasilan tak menentu setiap kali pasaran.

Dia mengatakan penghasilan sehari hanya cukup untuk makan selama lima hari, tetapi pernah juga sehari harus tombok. “Namanya bakulan itu kadang untung dan kadang rugi sudah biasa. Yang penting kami berusaha.”

Baca Juga : Kasus PMK Meroket, Bupati Sragen Minta Gubernur Tutup Semua Pasar Hewan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya