SOLOPOS.COM - Petani ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Kedung Ombo, Dukuh Bulu Serang, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali saat memindahkan ikan yang mengalami kematian massal, Minggu (1/1/2023). Kematian massal tersebut dimulai sejak Sabtu (31/12/2022) pagi. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI–Ribuan ikan di Waduk Kedung Ombo tepatnya di Dusun Bulu Serang, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali mati pada Sabtu (31/12/2022).

Salah satu petani keramba ikan, Marno, 38, tersebut mengeluhkan sekitar 15-20 ton ikannya mati pada Sabtu sore

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Saya pelihara ikan emas, nila, dan patin. Tingkat kematian sekitar 75%, jadi ini sisa 25%. Yang banyak bertahan ikan patin, mungkin karena paling tahan perubahan cuaca,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di kerambanya, Minggu (1/1/2023).

Marno mengungkapkan dirinya rugi besar. Ia menyebut harga rata-rata per kilogram ikan sekitar Rp25.000. Jika terdapat 20 ton ikan, maka kerugiannya bisa mencapai Rp500 juta.

Dia mengungkapkan hal tersebut berawal dari cuaca dingin beberapa hari di sekitar lokasi keramba. Ia menjelaskan cuaca dingin tersebut telah berlangsung sekitar tiga hari.

“Jadi awalnya cuaca dingin, tidak ada panas matahari, jadi oksigen drop. Terus amonia keluar dari bawah kan seperti racun,” jelas dia.

Ia menyebut kejadian serupa pernah terjadi sekali pada 2018. Namun, ia merasa kerugiannya tak sebesar kali ini.

Marno menyebut seratusan petani keramba ikan terdampak akibat kematian mendadak ikan-ikan tersebut.

Untuk meminimalisasi ikan-ikan yang mati, Marno berusaha untuk menyemprot oksigen ke air, ada keramba yang dipindah dan dilepas. Untuk ikan-ikan yang mati, jelasnya, akan dikubur oleh petani ikan di pulau-pulau kecil sekitar WKO.

“Begitu lihat ikannya megap-megap, langsung saya kasih oksigen sekitar dua sampai tiga hari yang lalu. Harapannya sih ada bantuan dari pemerintah biar kerugiannya tak sebesar ini,” jawab dia.

Sementara itu, Camat Kemusu, Nuryadi, saat ditemui di lokasi mengungkapkan petani keramba ikan yang berada di Bulu Serang adalah petani mandiri sehingga permodalan operasional harian dilakukan dari uang pribadi.

Ia menyebut ada sekitar 100-an petani keramba ikan yang mencari peruntungan Waduk Kedung Ombo daerah Bulu Serang. Dari jumlah tersebut, mayoritas adalah warga Dusun Bulu Serang.

Nuryadi mengatakan dirinya belum mendata total semua kerugian karena laporan baru ia terima pada Sabtu malam. Dari laporan tersebut, ia mengatakan telah berkomunikasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali.

“Dari penyuluh juga sudah mengupayakan penyelamatan, tapi memang karena cuaca sangat ekstrem jadi mengalami kesulitan,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Disnakkan Boyolali, Nurul Nugroho, mewakili Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, mengatakan kematian massal ikan di keramba jaring apung (KJA) Waduk Kedung Ombo merupakan fenomena upwelling.

Ia menyebut kejadian bermulai sejak Sabtu pagi sekitar pukul 07.00 WIB hingga Minggu. Nurul mengungkapkan penyebabnya kematian massal karena cuaca sepekan tanpa sinar matahari sehingga kondisi air dingin dan terjadi upwelling sekaligus drop oksigen (DO).

“Untuk upaya yang dilakukan ada pemindahan keramba dari titik yang aman upwelling dan dipompa pakai diesel air untuk menaikkan DO,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan upwelling adalah kejadian naiknya massa air bawah waduk Kedung Ombo yang banyak mengandung racun amonia ke permukaan sehingga meracuni ikan dan terjadi kematian massal.

Nurul menjelaskan sumber terbesar racun amonia berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan dari budidaya KJA.

“Fenomena upwelling sering terjadi karena overload KJA dan terlalu intensifnya budi daya ikan dengan sistem KJA,” kata dia.

Untuk jumlah total, Nurul mengaku masih dalam pendataan. Dalam laporan sementara pada Minggu sore, ia menyebutkan kurang lebih 30 anggota kelompok KJA Dukuh Bulu terdampak kematian massal ikan.

Ia menyebut untuk jumlah kematian sekitar 25 ton dengan kerugian kurang lebih Rp700 juta. Ia merekomendasikan beberapa hal seperti petani segera memanen ikan yang sudah masuk ukuran jual.

Kemudian, lanjut dia, pembatasan jumlah keramba di KJA WKO, pemantauan kualitas air secara berkala, efisiensi pemberian pakan ikan di KJA WKO, re-zonasi KJA di WKO, dan aplikasi sistem SMART KJA untuk budi daya ikan yang ramah lingkungan di WKO.

“Kematian massal ikan karena fenomena upwelling sendiri merupakan siklus tahunan yang sering terjadi di hampir semua waduk dengan budidaya ikan KJA. Sangat perlu pendampingan dan penyadaran kepada kelompok KJA akan pentingnya monitor kualitas air,” kata dia.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya