SOLOPOS.COM - Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati (kanan), bersama Kabid Keswan, Afiany Rifdania (kiri), saat wawancara dengan wartawan di kantornya, Jumat (10/2/2023). (Istimewa/Diskominfo Boyolali)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali hingga Februari ini mencatat ada 1.208 ternak sapi suspek Lumpy Skin Disease atau LSD di Kota Susu.

Sapi suspek LSD itu tersebar di 19 kecamatan. Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, mengungkapkan dari 1.208 ekor sapi yang suspek lumpy skin disease atau kutil sapi itu, 32 ekor di antaranya dinyatakan positif.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sedangkan, tiga kecamatan yang bebas dari LSD adalah di Banyudono, Sawit, dan Selo. Lusi mengungkapkan LSD dapat dicegah dengan cara membersihkan kandang dengan menyemprot disinfektan.

Hal tersebut, lanjut Lusi, karena LSD menyebar lewat virus yang sporadis sehingga penyemprotan dengan disinfektan sangat diperlukan.

“Jadi tetap penyemprotan ini sangat diperlukan, jaga kebersihan biosecurity kemudian penanganan untuk yang laporan sakit dan vaksinasi untuk penanganan tuntasnya,” terangnya dalam rilis yang diterima Solopos.com, Sabtu (11/2/2023).

Lebih lanjut, ia mengungkapkan hingga Jumat (10/2/2023), Disnakkan Boyolali telah mendapatkan vaksin LSD dari pusat sebanyak 4.300 dosis untuk disuntikkan pada sapi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.900 dosis vaksin telah disuntikkan untuk ternak.

Lusi mengungkapkan Disnakkan Boyolali akan mengajukan vaksin lagi sebanyak 15.000 dosis agar dapat memberikan vaksinasi ke semua sapi di Boyolali. Tak hanya vaksin, Disnakkan Boyolali juga menyalurkan bantuan disinfektan ke dua kecamatan yaitu Juwangi dan Wonosamodro.

Ia mengatakan di dua kecamatan tersebut paling banyak ditemukan kasus LSD. Masing-masing kecamatan tersebut diberikan 10 jeriken disinfektan.

Selanjutnya, Lusi berharap Pemerintah Desa (Pemdes) dan peternak setempat dapat bekerja sama untuk membersihkan lingkungan dan menyemprotkan disinfektan ke kandang secara menyeluruh untuk mencegah penyebaran LSD.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakkan Boyolali, Afiany Rifdania, mengungkapkan selain vaksin dan penyemprotan disinfektan, manajemen pakan dan kebersihan kandang sapi juga diperlukan untuk menangani LSD.

Ia mengatakan peternak harus mampu memberikan pakan hijau dengan kualitas baik. Hal tersebut agar upaya untuk kesembuhan hewan dan daya tahan tubuh ternak menjadi baik. Sehingga, vaksin atau obat yang diberikan dapat efektif dan mampu berpengaruh besar pada kesembuhan hewan.

“Pakan yang baik itu adalah pakan hijauan tetapi harus dilayukan terlebih dahulu, jadi minimal satu hari sebelumnya itu dilayukan kemudian baru diberikan [ke hewan],” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya