SOLOPOS.COM - Kondisi Waduk Gajah Mungkur yang surut, Senin (20/11/2023). Di belakang tampak kapal pengeruk sedimentasi. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sedimentasi yang terus terjadi dari tahun ke tahun di daerah aliran sungai (DAS) yang bermuara di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri membuat tampungan air dan usia waduk tersebut terus berkurang.

WGM Wonogiri dibangun pada 1980-an dengan proyeksi usia sampai 100 tahun dan volume tampungan air mencapai 560 juta meter kubik (m3) sementara volume efektif mencapai 440 juta m3.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Namun berdasarkan data terakhir dari Perum Jasa Tirta (PJT) I, pada 2022 volume tampungan air WGM Wonogiri berkurang menjadi 365 juta m3 dengan volume efektif 322 juta m3. Artinya selama kurun waktu 40-an tahun itu ada pengurangan lebih dari 100 juta m3. 

Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Sri Wahyu Kusumastuti, mengatakan sedimentasi di DAS yang menjadi daerah tangkapan air untuk WGM memang masih terus terjadi.

Selain membuat sungai menjadi dangkal, endapan lumpur itu juga bisa mengurangi kapasitas tampungan di WGM Wonogiri. Wahyu mengatakan ada lima DAS Bengawan Solo yang cukup banyak menyumbang sedimentasi antara lain Sungai Keduang, Sungai Wiroko, dan Sungai Temon.

DAS Keduang menjadi penyumbang terbesar sedimentasi di WGM. Tetapi dia tidak menyebutkan berapa total laju sedimentasi yang masuk ke WGM dari sungai tersebut.

Menurutnya, upaya meminimalkan sedimentasi ini terus dilakukan dengan cara konservasi. Terutama di hulu DAS yang menjadi daerah tangkapan air WGM. Hanya, dia tidak menafikan konservasi tidak bisa dilakukan secara menyuluh di sepanjang DAS itu.

Di beberapa lokasi DAS, warga memanfaatkan lahan untuk aktivitas perekonomian. “Konservasi itu dilakukan stakeholder terkait, yaitu KLHK [Kementerian Lingkungan  Hidup dan Kehutanan] dengan menanam pohon di DAS. Kami BBWS yang menyediakan infrastruktur seperti pembuatan check dam [bendungan kecil] dan closure dike [penahan sedimentasi],” kata Wahyu saat dihubungi Solopos.com, Senin (20/11/2023).

Dia menyebut saat ini ada 12 seri check dam di DAS Bengawan Solo. Selain itu penahan sedimentasi juga dibangun di Sungai Keduang yang menjadi penyumbang sedimen terbanyak di WGM.

Sedimentasi Seluas Lapangan Bola

Catatan Solopos.com, pada 2022  sumbangan DAS Keduang ke WGM sebanyak 40%. Kemudian disusul DAS Wiroko sebesar 16%. Sementara sedimen yang masuk ke WGM sekitar 3,2 juta m3/tahun atau seluas lapangan sepak bola dengan ketinggian 300 meter.

“Konservasi dan penyediaan infrastruktur itu setidaknya bisa mengurangi laju sedimentasi. Sedimentasi ini bisa memperpendek umur pakai WGM. Kalau tidak salah umur pakai WGM seharusnya 100 tahun sejak 1980-an,” katanya.

Kepala Sub Divisi Jasa ASA III/1 PJT I, Fendri Ferdian, baru-baru ini menyampaikan kapasitas daya tampung WGM turun akibat sedimentasi. Pada 1980 atau awal beroperasi, volume tampungan air WGM mencapai 560 juta m3 dengan volume efektif mencapai 440 juta m3.

Sementara pada 2022 volume tampungan turun menjadi 365 juta m3 dengan volume efektif 322 juta m3. PJT I telah melakukan serangkaian kegiatan operasional pemeliharaan dengan mengeruk sedimen menggunakan ekskavator.

Data yang diperoleh Solopos.com dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian dan Pengembagan (Bappeda) Litbang Wonogiri, pada 2023 ini, pengerukan sedimen di sekitar intake WGM sebanyak 30.000 m3 dengan anggaran senilai Rp3,5 miliar bersumber dari APBN. 

Kepala Desa Genengharjo, Tirtomoyo,  Wirid Andriyadi, menyampaikan Sungai Wiroko di Tirtomoyo yang menjadi hulu WGM memang saat ini memiliki sedimen yang cukup banyak. Hal itu tampah dari semakin dangkal dari tahun ke tahun di sungai itu.

Berkurangnya pohon di hutan dan di sepanjang DAS Wiroko disebut menjadi penyebab sedimentasi di DAS itu semakin parah. “Kalau kita lihat, hutan-hutan sekarang seperti di Alas Tunggangan itu sekarang pohonnya berkurang. Resapan airnya jadi berkurang, akibatnya tanah dan lumpur turun ke sungai, jadi sedimen,” kata Wirid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya