Soloraya
Sabtu, 13 Oktober 2012 - 10:26 WIB

Waduk Jlantah Bakal Aliri 387 Hektare Sawah

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)

KARANGANYAR–Waduk Jlantah yang bakal dibangun di Kecamatan Jatiyoso mulai 2014 bakal mencukupi kebutuhan air sekitar 387 hektare lahan pertanian di Karanganyar dan sebagian Wonogiri.

Advertisement

Detail Engineering Design (DED) tengah direvisi oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Karanganyar, Priharyanto, mengatakan DED pembangunan Waduk Jlantah telah selesai dibuat Bappeda Karanganyar pada 2011 lalu. Selanjutnya, desain awal Waduk Jlantah disempurnakan oleh tim teknis dari BBWSBS.

“Anggarannya belum bisa dipastikan, seluruhnya berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum karena APBD Pemkab Karanganyar tak mampu membiayai,” katanya saat ditemui Solopos.com, Jumat (12/10/2012).

Advertisement

Waduk Jlantah bakal memasok air ke lahan pertanian di beberapa wilayah seperti Jatiyoso, Jumapolo, Jatipuro, Jumantono dan sebagian wilayah Wonogiri. Lahan pertanian di wilayah tersebut dipastikan kering saat musim kemarau. Dengan dibangunnya waduk maka para petani tetap bisa bercocok tanam selama musim kemarau.

Pihaknya berkoordinasi dengan BBWSBS juga sedang mensurvei ke lokasi pembangunan Waduk Jlantah untuk mengukur kedalaman waduk. Berdasarkan DED, air Waduk Jlantah juga bakal dimanfaatkan untuk memasok air bersih ke permukiman penduduk. Kapasitas air bersih di waduk tersebut 150 lier/detik.

“Kemungkinan nanti yang mengelola Perum Jasa Tirta, namun kami belum tahu apakah PDAM Karanganyar mau membeli air bersih tersebut atau tidak,” paparnya.

Advertisement

Sementara seorang petani asal Jumantono, Kayitno, meminta agar pembangunan Waduk Jlantah dipercepat. Pasalnya, pengolahan lahan pertanian di wilayahnya terkendala pasokan air dari irigasi yang cukup minim. “Karakter tanah di sini berbeda dengan wilayah lainnya yang selalu kering saat musim kemarau. Tidak sedikit para petani yang beralih profesi sebagai pembuat bata atau pedagang selama musim kemarau,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif