Soloraya
Senin, 19 Agustus 2013 - 14:18 WIB

WADUK KRISAK : Pembagian Air Waduk Dipersoalkan

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Waduk Krisak (Dok/JIBI/Solopos)

Waduk Krisak (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI –– Pembagian air irigasi Waduk Krisak, di Kecamatan Selogiri, Wonogiri dipersoalkan.

Advertisement

Anggota DPRD Wonogiri dari Fraksi API, Sardi, mengaku mendapat keluhan dari petani di Kelurahan Kaliancar, Selogiri, yang tidak mendapat jatah air. Padahal sawah yang berada di sisi barat jalan Wonogiri-Solo, tepatnya di utara Terminal Krisak, selama ini selalu mendapat suplai air. Sawah petani Kaliancar itu berada di sisi timur jalan.

Sardi, kepada wartawan, Senin (19/8/2013), menjelaskan dirinya menerima keluhan dari seorang petani yang sawahnya berada di sisi timur jalan, Minggu (18/8/2013) malam. Menurut Sardi, memasuki musim kemarau petani tersebut mengalami kesulitan mendapatkan air sehingga sangat berharap air dari Waduk Krisak dialirkan melalui saluran air yang melewati sawahnya.

“Ternyata tidak. Kepada saya petani Kaliancar itu menceritakan kalau air dari Waduk Krisak hanya dialirkan ke saluran di sisi barat jalan. Sawah di sisi timur tidak dapat. Dia ini terpaksa ambil air dengan bantuan pompa. Padahal biayanya tinggi,” ungkap Sardi.

Advertisement

Kesepakatan

Sardi berharap petugas yang menangani pembagian air di Waduk Krisak dapat lebih bijaksana dalam menentukan pembagian air.  Di lain pihak, Mantri Tani Krisak, Aris Sasono, menjelaskan sebenarnya untuk Masa Tanam (MT) III kali ini, saluran irigasi Krisak tidak difungsikan secara penuh. Menurutnya, petani sudah sepakat tidak menanam padi sehingga seandainya ada yang nekat menanam padi harus siap menanggung risiko. Pihaknya pun tidak punya kewajiban memenuhi kebutuhan air petani selama MT III.

Terkait air yang tetap mengalir ke saluran air di barat jalan yang menuju sawah Desa Jendi, Desa Gemantar, dan areal sawah wilayah Krisak, Aris menerangkan pengaturan air ke kawasan itu berdasarkan luasan lahan yang dibudidayakan di masing-masing areal. Lahan pertanian yang dibudidayakan di sisi barat jalan lebih luas daripada sisi timur.

Advertisement

“Yang saya heran, mengapa yang bersangkutan tidak berembuk dengan kami, tapi langsung ke anggota DPRD. Padahal semua sudah dimusyawarahkan. Kalau mau air Krisak dibuang ke sana kan bisa berembuk dengan GP3A,” tegas dia.

Camat Selogiri, Bambang Haryanto, membenarkan penjelasan Aris. Menurut Bambang, kesepakatan untuk tidak menanam padi dan menanggung risiko atas kendala air selama musim kemarau sudah disepakati jauh hari. Kenyataanya, dia mencatat ada 70-an hektare lahan yang tetap ditanami padi.  Untuk itu, Bambang berharap semua petani bisa mematuhi kesepakatan dan tidak menuntut berlebihan karena kondisinya memang tidak memungkinkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif