SOLOPOS.COM - Sisa genangan di Waduk Tandon yang mengering di Desa Pare, Selogiri, Wonogiri, Jumat (25/8/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Waduk Krisak atau Tandon di Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, kini semakin mengering seiring musim kemarau disertai El Nino. Warga sekitar memanfaatkan lahan kering itu untuk menanami sayuran dan tanaman lain.

Sementara sejumlah warga lain menjala ikan di sisa-sisa air yang masih menggenang di waduk tersebut. Pantauan Solopos.com di Waduk Tandon, Jumat (25/8/2023) siang, sebagian besar luas tangkapan air waduk itu sudah mengering.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Beberapa lokasi sudah ditumbuhi rerumputan liar. Di tepi-tepi waduk, terdapat tanaman seperti kangkung dan jagung. Hanya ada sedikit genangan air di aliran sungai dalam waduk. Sisa genangan air itu dimanfaatkan sejumlah warga untuk menjaring ikan.

Salah satu penjala ikan, Riyu, mengatakan Waduk Tandon di Selogiri, Wonogiri, mulai mengering sejak sekitar dua bulan lalu. Menurut pengamatannya, air Waduk Krisak mengering lebih cepat pada tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Ia tidak tahu penyebabnya. Yang jelas, setiap kali waduk mengering, Riyu memanfaatkan kondisi itu untuk menjala ikan di genangan air yang tersisa.

“Setiap tahun kalau waduknya kering begini pasti saya ke sini, tangkap ikan. Hasilnya lumayan. Ini saya sudah beberapa hari terakhir hampir setiap hari ke sini,” kata Riyu saat ditemui Solopos.com di sela-sela menjala ikan di Waduk Krisak, Jumat.

waduk tandon selogiri wonogiri
Warga menjala ikan di sisa genangan air Waduk Tandon yang mengering di Desa Pare, Selogiri, Wonogiri, Jumat (25/8/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Warga Pokoh Kidul, Kecamatan Wonogiri, itu mengaku dalam waktu lebih kurang setengah hari bisa mendapatkan ikan nila sekitar 15 kilogram. Ikan itu biasanya ia jual keliling di desa-desa seharga Rp15.000/kg.

Menanam Sayur di Pinggir Waduk

“Pasar enggak mau menerima ikan nila dari waduk sini. Mungkin karena ukurannya lebih kecil,” ujar dia. Menurut Riyu, kondisi Waduk Tandon di Selogiri, Wonogiri, tahun ini tidak sama dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Biasanya, di tengah-tengah waduk yang kering itu sudah banyak ditanami berbagai tanaman oleh warga. “Informasinya, sekarang sudah tidak boleh. Makanya warga hanya menanam di pinggir-pinggir waduk. Tapi kalau sore banyak orang ke sini buat main,” katanya.

Berdasarkan data Balai Pengelola Sumber Daya Air Bengawan Solo, Waduk Krisak dibangun pada 1943 dengan luas muka air 44 hektare. Volume normal waduk itu sebanyak 3,7 juta meter kubik. Sumber air Waduk Krisak ini dari curah air hujan dan aliran Sungai Krisak.

Waduk itu difungsikan sebagai irigasi persawahan. Luas area layanan irigasi dari Waduk Tandon di Selogiri, Wonogiri, itu seluas 274 hektare. Sebelumnya, diberitakan sejumlah sawah yang memanfaatkan irigasi dari waduk ini menuai hasil panen yang tidak optimal.

Penyebabnya air dari waduk itu sudah tidak mengaliri sawah sejak sebelum sawah dipanen. Kepala Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Karsanto, menyebut air dari Waduk Tandon itu sudah tidak mengalir sejak sebulan sebelum masa panen tiba. 

Kondisi tersebut baru terjadi pada musim ini. Sebelumnya, waduk itu mampu mengaliri sawah hingga masa tanam II selesai. Kondisi itu menyebabkan kualitas dan kuantitas padi yang dipanen menurun akibat kekurangan air. 

“Sawah yang mengandalkan air dari waduk itu banyak yang kurang air. Hasilnya jadi enggak bagus,” kata Karsanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya