SOLOPOS.COM - Warga berkunjung dan menikmati senja di Waduk Krisak atau Waduk Tandon yang mengering di Desa Pare, Selogiri, Wonogiri, Kamis (12/10/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Waduk Krisak atau Waduk Tandon di Dusun Tandon, Pare, Selogiri, Wonogiri, yang mengering akibat kemarau berubah menjadi padang rumput luas.

Warga sekitar memanfaatkan kondisi itu untuk berwisata menghabiskan waktu sekadar thenguk-thenguk dan bercengkerama bersama teman atau keluarga.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pantauan Solopos.com di Waduk Krisak atau kerap dikenal sebagai Waduk Tandon pada Kamis (12/10/2023) sore, puluhan hingga ratusan orang beraktivitas ke kawasan waduk tersebut. Beberapa orang datang untuk berolahraga di area bendungan.

Tetapi banyak pula yang turun ke dasar waduk yang sudah berubah menjadi padang rumput. Mereka menggelar tikar atau kursi yang mereka bawa lalu duduk-duduk sembari memakan camilan atau minum minuman yang dibeli dari pedagang di sekitar waduk.

Beberapa dari mereka datang bersama pasangan, keluarga, atau rombongan teman. Ada pula yang sibuk mengabadikan momen itu dengan berswafoto dan memotret pemandangan sabana Waduk Tandon berlatar gugusan perbukitan Gajah Mungkur, Selogiri, Wonogiri. 

Pemandangan tampak makin indah ketika matahari berangsur-angsur turun ke balik bukit dengan semburat warna jingga. Salah satu pengunjung, Basiyo, mengaku datang bersama satu anak dan istrinya.

Warga Selogiri itu mengaku sengaja menyempatkan waktu untuk menghabiskan sore bersama keluarga kecilnya  di Waduk Tandon. Menurutnya, lokasi itu bisa menjadi wisata alternatif saat kemarau seperti sekarang ini.

“Ini sebenarnya ramainya belum seberapa. Kalau Sabtu dan Minggu pengunjungnya tambah banyak,” kata Basiyo saat ditemui Solopos.com di Waduk Krisak, Kamis sore.

Menikmati Sunset

Menurut Basiyo, sudah menjadi pemandangan umum setiap tahun Waduk Krisak ramai dikunjungi warga saat kemarau. Sebelum pandemi Covid-19, pemandangan waduk saat mengering jauh lebih indah karena rumput yang tumbuh merata dan lebat menutupi seluruh dasar waduk. 

“Suasananya enak, makanya orang ke sini. Bisa thenguk-thenguk di sini saat sore begini enak,” ujar dia.

Pengunjung lain, Kiki, 22, juga mengaku sengaja datang dari Nguter, Sukoharjo, demi menikmati sunset di Waduk Krisak. Ia datang bersama kemenakan perempuan yang masih duduk di bangku SMA.

Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta itu sudah beberapa kali datang ke Waduk Tandon, Selogiri, Wonogiri, selama musim kemarau ini. Kiki mengatakan Waduk Krisak cukup representatif untuk menjadi tempat healing.

Apalagi dengan pemandangan gugusan perbukitan Gajah Mungkur dan semburat senja di atas awan. “Buat foto-foto cakep. Terus murah juga, enggak ada biaya masuk. Cuma bayar parkir saja,” kata Kiki.

Sementara itu, Suparno, warga Desa Pare, Selogiri, Wonogiri, memanfaatkan kondisi waduk yang mengering dan ditumbuhi rerumputan itu untuk menggembala sejumlah kambing sembari mencari rumput untuk dibawa ke kandang.

Hal itu dilakukan setiap sore. “Kalau sore begini bawa enam kambing ke sini. Mereka makan rumput sendiri, saya ngramban buat pakan mereka besok pagi,” ucap Suparno.

Dia menambahkan sebagai warga Pare dia sama sekali tidak keberatan dengan banyaknya pengunjung di Waduk Krisak. Justru hal itu membuat dia senang. Pada Kamis sore, dia menyebut pengunjung Waduk Tandon termasuk sedikit dibandingkan pada Sabtu dan Minggu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya