SOLOPOS.COM - Pedagang sayur keliling melayani pembeli di kawasan kota Wonogiri, Rabu (26/7/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Menjadi pedagang sayur keliling di Wonogiri ternyata bisa menjadi ladang usaha yang menjanjikan. Salah satu bakul sayur keliling di wilayah Kecamatan Wonogiri, Giman, mengaku punya pelanggan tetap lebih kurang 100 orang.

Omzetnya pun bisa dibilang lebih dari lumayan. Ia berkeliling tidak lebih dari lima desa di Kecamatan Wonogiri. Dalam sehari ia bisa mengantongi omzet sekitar Rp2 juta. Pedagang asal Matesih, Karanganyar, itu mengaku sudah melakoni pekerjaan tersebut selama delapan tahun.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Yang saya jual ini lengkap, apa saja ada. Mulai dari sayur, buah-buahan, dan daging. Harganya pun lebih murah dibandingkan di pasar, terutama untuk sayur-sayur daun. Kalau cabai mungkin agak mahal di sini sedikit,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kawasan kota Wonogiri, Rabu (26/7/2023).

Giman menjual dagangan yang diletakkan di keranjang pada jok belakang kendaraan sepeda motor. Pekerjaan menjadi bakul sayur keliling, menurutnya, masih cukup menguntungkan meski banyak pesaing di Wonogiri. Di area kelilingnya, setidaknya ada empat-lima pedagang keliling dengan dagangan serupa. 

Hal senada diungkapkan pedagang sayur keliling lain di Wonogiri, Irfan, yang juga berasal dari Matesih, Karanganyar. Menurutnya, persaingan usaha dagang sayuran dan kebutuhan pangan secara keliling di Wonogiri sangat ketat.

Dalam sehari belum tentu dagangan yang ia kulak dari pasar Karanganyar ludes terjual. “Persaingannya ketat sekali. Di Wonogiri ini sudah padat. Di sini [Giripurwo] saja, ada sekitar tiga pedagang seperti saya. Tapi memang masih bisa untung,” ucapnya.

Pantauan Solopos.com di Lingkungan Kajen, Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, pada Rabu siang, ada tiga bakul sayur keliling hanya dalam waktu dua jam. Dua dari mereka menggunakan kendaraan sepeda motor untuk berdagang dan satu lainnya menggunakan mobil bak terbuka.

pedagang sayur keliling wonogiri
Pedagang sayur keling asal Matesih, Karanganyar, Irfan, merapikan dagangannya di Giripurwo, Wonogiri, Rabu (27/7/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Di sisi lain, sejumlah ibu-ibu yang ditemui Solopos.com mengaku lebih memilih belanja kebutuhan pangan ke bakul sayur keliling daripada di pasar tradisional. Hal itu lantaran mereka menilai membeli kebutuhan untuk makan sehari-sehari lebih praktis dan murah di pedagang keliling.

Lebih Murah dan Praktis

Salah satu warga Wonogiri, Bestek, mengaku lebih senang belanja kebutuhan pangan di pedagang sayur keliling. Hal itu sudah dilakukan selama enam tahun terakhir ini. Belanja di pedagang keliling menurutnya lebih praktis. Bahkan terkadang barang-barang yang dijual pedagang sayur keliling lebih murah dibandingkan di pasar. 

Dia menerangkan dalam sehari ada tiga pedagang keliling yang menjual berbagai kebutuhan pangan di daerahnya. Biasanya dia membeli di tiga pedagang keliling itu untuk kebutuhan makan sehari-sehari, termasuk untuk berdagang makanan. 

“Kalau beli sayuran, daging, dan bumbu-bumbu dapur di pedagang keliling kan lebih praktis dibandingkan ke pasar. Enggak perlu keluar rumah, mereka yang datang sendiri ke sini. Enggak repot,” kata Bestek saat ditemui Solopos.com di rumahnya di Lingkungan Kajen, Wonogiri, Rabu (26/7/2023).

Dalam sehari ibu-ibu Wonogiri itu mengaku bisa menghabiskan uang rata-rata Rp100.000/hari untuk belanja di bakul sayur keliling. Warga Wonogiri itu belanja hampir semua keperluan dapur ke pedagang sayur keliling kecuali beberapa barang seperti beras dan minyak goreng.

Untuk kedua bahan pangan itu, ia membeli di warung sembako dekat rumah. Hal serupa diungkapkan ibu rumah tangga asal Jatisrono, Nur. Hampir semua kebutuhan dapurnya didapatkan Nur dari pedagang keliling.

Dia mengaku jarang sekali pergi ke pasar hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Barang-barang yang dijual pedagang keliling sudah cukup memenuhi kebutuhan harian untuk keluarga. Kebiasaan itu sudah berjalan beberapa tahun belakang.

“Belanja ke pasar itu kalau mau ada acara besar seperti selamatan atau hajatan. Tetapi kalau memenuhi kebutuhan makan sehari-hari lebih sering beli di pedagang keliling. Lebih praktis,” ucap dia. 

Warga lain di Wonogiri, Bawarti, mengaku masih belanja ke pasar tradisional sekali sebulan untuk barang-barang dapur. Sekali belanja, dia bisa menyetok untuk sebulan ke depan.

Terutama untuk barang-barang yang tidak mudah busuk atau bisa bertahan lama seperti beras dan bumbu dapur. “Kalau butuh sayur segar, baru saya beli di pedagang keliling, kalau tidak ke pedagang sayur dekat rumah,” ucap Bawarti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya