SOLOPOS.COM - Dua bocah mengendarai motor tanpa mengenakan helm saat melintas di depan persawahan yang menjadi lokasi pembangunan Poltekpar Sragen di wilayah Kelurahan Kwangen, Kecamatan Gemolong, Sragen, Jumat (13/1/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Gedung Politeknik Pariwisata (Poltekpar) yang berlokasi di Gemolong, Sragen, mulai dibangun dengan pagu anggaran multiyears senilai Rp1,2 triliun. Poltekpar terbesar se-Indonesia itu nanti bakal didesain dengan menggunakan ciri khas budaya Jawa.

Penjelasan itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng Pramestuti, saat ditemui wartawan di Sendang Kun Gerit Gemolong, Sragen, Minggu (30/7/2023) sore.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Agustina menerangkan proses pembangunan Poltekpar yang sekarang mulai dikerjakan itu memakan waktu lama. Dia mengatakan proses sekarang mulai dari pengelolaan tanah untuk menciptakan ekosistem lahan yang keras sehingga bangunan yang berdiri nantinya awet dan aman.

“Saya melihat tanahnya bukan tanah keras karena berupa persawahan. Tanahnya dimatangkan dulu karena desain bangunannya nanti bertingkat 4-5 lantai. Dengan pagu anggaran Rp1,2 triliun secara multiyears itu nanti bisa memakan waktu lebih dari tiga tahun,” ujar Agustina.

Dia menerangkan hingga 2023 ini masih ada Poltekpar lainnya yang masih proses pembangunan, seperti Poltekpar Palembang, Bali, Manado, dan Lombok.

Dia menyatakan konsep bangunan menggunakan basis budaya setempat. Kalau di Bali, kata dia, maka bangunannya bernuansa Bali, demikian pula dengan Palembang.

“Nah, Poltekpar di Gemolong ini nanti konsepnya berbasis budaya Jawa Tengah. Namanya nanti kemungkinan Poltekpar Solo meskipun lokasinya ada di Sragen,” katanya.

Dia menerangkan proses pembangunan Poltekpar itu menyerap tenaga kerja luar biasa di seputaran Gemolong. Dia mengapresiasi kepada Bupati Sragen yang menghibahkan lahan 20 hektare untuk kampus Poltekpar itu.

Pada kesempatan itu, dia menjelaskan alasan pilihan lokasi Poltekpar itu ada di Sragen, bukan daerah lainnya.

“Kami melihat Sragen ini memiliki potensi luar biasa sebagai pusat kesenian dan kebudayaan. Semua batik yang dijual di Solo itu sebagian produksinya ada di Sragen. Karena kemampuan menjual dan promosi pengrajin batik di Sragen yang kurang maka diambil Kota Solo untuk pemasarannya. Pengrajin batik Sragen itu kalau teredukasi dengan baik, mulai dari promosi, pengepakan, desain,d an seterusnya maka bisa mendatangkan pembeli sendiri,” jelasnya.

Agustina menilai Sragen berpotensi jadi daerah tujuan belanja batik yang nyaman karena proses pembuatannya ada di Sragen, mulai dari pewarnaan, desain, dan seterusnya. Saat ada festival batik di Masaran, Agustina pernah memesan batik khusus yang ada gambarnya Bung Karno ternyata bisa dan pas sesuai selera.

“Jadi Kalau Kemenparekraf [Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif] mau pesan batik khas Kemenparekraf itu bisa pesan langsung ke Sragen. Soal harga itu tinggal pilih prosesnya, mau batik tulis atau batik cap,” ujarnya.

Dia melanjutkan dari sisi seni budaya, Sragen memiliki seni tari-tarian, seperti tayub, siteran, ada rodatan, dan seterusnya. Dia mengatakan Sragen itu kalau bisa dikelola dengan baik maka tidak kalah dengan Bali.

Ketua Tim Kerja Strategi Event Daerah Direktorat Event Daerah Kemenparekraf, Yudhistira Siahaan, menyampaikan seni budaya yang dikemas secara baik akan menjadi daya tarik wisatawan.

Untuk menjadikan seni budaya sebagai daya tarik itu, kata dia, memiliki sentuhan pemberdayaan, pengalaman, keterikatan, dan kesenangan. Semua itu dilakukan, ujar dia, dengan memperhatikan relevansi konten, digitalisasi konten, dan sustainability konten.

“Sragen dengan Poltekparnya nanti bisa berkolaborasi dengan Kemenparekraf dan Komisi X DPR agar bisa memberi manfaat sebaik-baiknya bagi Sragen,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya