Soloraya
Senin, 18 Juli 2022 - 19:55 WIB

Wah, Ternyata Ada Makam Kuno Berusia Ratusan Tahun di Kompleks BTC Solo

Kurniawan  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi Makam Kiai Batang atau Raden Pabelan di Kompleks Beteng Trade Center (BTC) Solo, Kamis (14/7/2022) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Tidak semua orang tahu keberadaan satu makam kuno di Kompleks Beteng Trade Center atau BTC, Pasar Kliwon, Solo. Makam tua itu diyakini sebagai makam Raden Pabelan, putra Tumenggung Mayang di era Kerajaan Pajang pada masa 400-an tahun lalu.

Meski ada pula cerita yang menyebut Raden Pabelan dimakamkan di daerah Gembongan, Kartasura. Cerita mana yang benar masih menjadi misteri. Sebagian masyarakat menyebut makam itu adalah makam Kiai Batang, merujuk kepada kondisi jasad saat ditemukan.

Advertisement

Pengamatan Solopos.com, makam itu terletak di luar gedung tepatnya di lokasi parkir sisi selatan. Makam itu dilindungi dengan bangunan tersendiri dan ruangan tempat makam itu berada di tutup tirai kain berwarna putih.

Namun saat di dalam, bentuk makamnya bisa dilihat meski tak terlalu jelas. Ketua komunitas pencinta sejarah Solo Societeit, Dani Saptoni, menceritakan sejarah makam kuno berusia ratusan tahun di BTC tersebut.

Advertisement

Namun saat di dalam, bentuk makamnya bisa dilihat meski tak terlalu jelas. Ketua komunitas pencinta sejarah Solo Societeit, Dani Saptoni, menceritakan sejarah makam kuno berusia ratusan tahun di BTC tersebut.

“Menurut folklore, beliau adalah Raden Pabelan, yang dihukum tiga sejangga oleh Sultan Hadiwijaya, Sultan Pajang. Dia dihukum mati, lalu batange dikelike [mayatnya dihanyutkan di sungai], temangsang [tersangkut] di Kali Pepe, dan ditemu warga Sala saat itu,” terangnya kepada Solopos.com, Kamis (14/7/2022).

Baca Juga: 6 Keistimewaan Pasar Kliwon, Kecamatan Terpadat di Solo dan Jateng

Advertisement

Jasad Raden Pabelan hanyut di sungai hingga kemudian tersangkut di wilayah Desa Sala yang kini menjadi wilayah Pasar Kliwon, Kota Solo. Jasad Raden Pabelan ditemukan warga Desa Sala. Tapi saat jasad itu akan dihanyutkan kembali ternyata tak bisa.

Wangsit

“Oleh Ki Gede Sala dikelike ora isa. Akhire nemu wangsit, kalau ingin dimakamkan di situ, dengan sebuah wasiat, suk rejane zaman desa kene [Sala] bakal dadi kutha sing gede. Beliau akan menjadi pepunden di wilayah situ,” urai Dani mengenai kisah makam kuno di BTC Solo tersebut.

Baca Juga: Sejarah Gladak Solo, Hewan Hasil Buruan Diseret Paksa Di Lokasi Ini

Advertisement

Setelah itu jenazah Raden Pabelan atau Kiai Batang dimakamkan di Desa Sala. Jenazah itu disebut Kiai Batang karena saat ditemukan sudah dalam kondisi mulai membusuk. “Saat ditemukan dalam kondisi batang atau kondisinya sudah menggembung,” katanya.

Namun, Dani mengungkapkan versi lain cerita tentang makam Raden Pabelan. Cerita itu menyebutkan adanya makam kepala Raden Pabelan di Purbayan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo. Kepala Raden Pabelan saat itu dipenggal saat dihukum.

Lalu potongan kepala Raden Pabelan dimakamkan di Purbayan atau dekat dengan petilasan Keraton Pajang. Sedangkan potongan tubuh Raden Pabelan dimakamkan di daerah Gembongan, Pabelan. “Tapi dua versi itu berdasarkan folklore,” urainya.

Advertisement

Baca Juga: Solo, Sala, Surakarta, Bung Karno Pilih Sala

Menurut Dani, cerita mana yang benar mengenai makam Raden Pabelan, apakah makam kuno di kompleks BTC Solo ataukah di Gembongan, Kartasura, belum ada fakta empiris yang bisa menjadi rujukan. Semua dikembalikan kepada masyarakat dalam menilai cerita rakyat yang berkembang di komunitas atau lingkungan mereka.

“Folklore itu cerita tutur, manut wong rembukan. Data resmi soal siapa yang dimakamkan di situ, terus kejadian sebenarnya seperti apa, belum tahu kebenaran faktualnya. Semua berdasarkan legenda atau cerita tutur tadi,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif