SOLOPOS.COM - Sejumlah warga makan soto dan minum teh di salah satu angkringan di Wonogiri, Jumat (14/7/2023). Wonogiri menjadi salah satu wilayah dengan pengonsumsi teh terbanyak di Indonesia. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga atau wong Wonogiri ternyata sangat gemar atau hobi minum teh. Hal itu dibuktikan dengan masuknya Wonogiri dalam 10 besar kabupaten/kota dengan tingkat konsumsi teh tertinggi di Indonesia dalam lima tahun terakhir.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri, rata-rata konsumsi teh bubuk per kapita dalam sepekan sekitar 187 gram-220 gram. Hal ini menarik karena kabupaten/kota yang menempati sepuluh besar konsumsi teh tertinggi rata-rata memiliki kebun teh atau daerah penghasil teh.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Daerah itu seperti Tegal, Pekalongan, Wonosobo, dan Pekalongan. Sementara Wonogiri tidak memiliki kebun teh, bahkan sebagian besar lahan pertanian di Kota Sukses adalah lahan tadah hujan.

Kegemaran atau hobi minum teh diakui oleh Titi, 61, warga Giripurwo, Wonogiri. Bagi Titi, tiada hari tanpa minum teh. Setiap pagi ia tidak pernah absen menyeduh teh di dapur sebelum memulai aktivitias hariannya.

Hal itu sudah ia lakukan sejak puluhan tahun lalu, bahkan sejak ia masih melajang. “Sehari bisa empat sampai lima gelas teh saya minum. Pagi dan malam biasanya teh hangat. Kalau siang atau sore, biasanya es teh,” kata Titi saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Jumat (14/7/2023).

Titi hampir selalu minum teh racikan sendiri. Ia mencampur beberapa merek teh bubuk yang diproduksi di Pekalongan. Menurutnya, tidak ada satu produk teh yang ideal diminum tanpa dicampur teh bubuk merek lain. Minimal Titi mencampur dua merek teh bubuk.

Teh Hasil Racikan Sendiri

“Kalau teh celup saya kurang suka. Rasanya tidak biasa seperti yang saya buat sendiri. Misal saya di warung makan, terus tahu teh yang dijual itu teh celup, saya pilih pesan minuman lain,” ujar dia.

Pemilik salah satu warung hidangan istimewa kampung (HIK) atau angkringan di Wonogiri, Sunarno, menyebut dibandingkan dengan minuman lain, teh menjadi minuman paling disukai dan menjadi hobi warga Wonogiri. Hal itu dibuktikan dengan jumlah pesanan teh yang selali paling banyak di warung makannya.

warga wonogiri hobi minum teh
Ilustrasi minuman teh. (freepik.com)

Selama tujuh jam, mulai pukul 06.00 WIB-12.00 WIB, setiap hari ia bisa menjual sekitar 100 gelas teh hangat atau es teh. Sementara minuman jenis lain, misalnya kopi dan es jeruk atau jeruk hangat tidak bisa menjual sebanyak 20% dari penjualan teh.

“Padahal harganya tidak berbeda, tetap Rp2.000/gelas. Ini membuktikan teh menjadi minuman terfavorit di Wonogiri,” ucap Narno. Selain penjual teh, Narno jug mengaku sebagai maniak teh.

Oleh karena itu, ia berusaha menjual teh dengan rasa dan kualitas terbaik tetapi tetap terjangkau dibeli semua kalangan. Seperti Titi, Narno juga memiliki racikan sendiri untuk teh yang ia jual dan konsumsi sendiri.

Sehari, biasanya warga Wonogiri yang hobi minum teh itu membuat dua com-coman teh yang dia bikin dari empat merek teh. Com-coman pertama biasanya habis pukul 09.00 WIB dan com-coman kedua pukul 09.00 WIB-12.00 WIB.

Teh Jadi Minuman Wajib di Keluarga

“Saya enggak pernah ngejok [isi ulang]. Kalau com-coman pertama habis ya buat lagi, tidak saya jok. Soalnya kalau di-jok rasanya beda. Berubah, enggak enak,” jelas Narno.

Dari penjualan teh saja, Narno bisa meraup untung sampai ratusan ribu rupiah dalam setengah hari. “Empat bungkus teh itu harganya paling sekitar Rp30.000. Ditambah gula dua kilogram, total Rp60.000. Hasilnya, bisa sampai Rp200.000. Itu dari teh saja,” imbuhnya.

Warga Selogiri, Wonogiri, Joko Susilo, mengaku minum teh tak sekadar hobi tapi sudah menjadi minuman wajib dalam keluarganya. Minimal setiap pagi dan sore, dia, istri, dan dua anaknya selalu minum teh hangat di rumah. Istrinya selalu menyediakan lima gelas teh di meja makan.

“Belum lagi kalau di luar. Sudah pasti pesannya teh. Kalau di warung dan rumah, saya memang lebih senang teh tawar, tanpa gula. Memang lagi mengurangi konsumsi gula. Tapi kalau di tempat hajatan atau selamatan ya apa pun tehnya saya minum,” ucap dia.

Menurut Joko, teh minum teh sudah jadi budaya di Wonogiri. Apa pun acaranya, mulai dari hajatan, bertamu, hingga rapat warga pun teh hampir selalu menjadi minumannya. “Dibandingkan kopi, teh jauh lebih banyak peminatnya. Selain enak, murah mungkin jadi alasannya,” katanya.

Pantauan Solopos.com, dalam beberapa bulan terakhir muncul penjual-penjual teh franchise. Di sekitar pusat kota saja, setidaknya ada tiga merek franchise. Mereka tersebar di beberap lokasi di sekitar kota Wonogiri. Dalam jarak tiga kilometer dari Alun-Alun Giri Krida Bakti, setidaknya ada tujuh gerobak penjual teh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya