SOLOPOS.COM - Tugu ucapan selamat datang menyambut di dekat Terminal Giri Adipura, Selogiri, Wonogiri. Foto diambil belum lama ini. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIWonogiri terus berbenah untuk mewujudkan mimpi masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera.

Kemiskinan, urbanisasi, pembangunan tidak merata, dan masalah sosial masih menjadi tantangan berat bagi Wonogiri. Kendati demikian, berbagai cara dan upaya pun dilakukan untuk memastikan mimpi itu tercapai.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri mencatat masih ada 10,99% atau 150.190 penduduk miskin di Wonogiri pada 2022. Angka itu memposisikan Wonogiri menjadi urutan ketiga daerah dengan persentase penduduk miskin paling banyak di tujuh kota/kabupaten di Soloraya setelah Sragen dan Klaten. 

Ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk menjadi salah satu penyebab angka kemiskinan masih dua digit angka.

Pada sisi lain, lapangan pekerjaan di sektor pertanian belum mampu mendongkrak ekonomi para petani. Padahal sektor ini menyumbang 29,10% dalam pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB).

Sempitnya lapangan pekerjaan itu pula yang mendorong tingkat urbanisasi di Wonogiri tinggi, diperkirakan mencapai sekitar 30%. Hal ini menyebabkan Wonogiri kehilangan potensi ekonomi karena banyak warga yang memilih bekerja ke luar kota.

Tidak hanya itu, struktur sosial di desa-desa di Wonogiri pun menjadi tidak seimbang. Desa banyak ditempati penduduk yang berusia tua karena penduduk usia muda lebih memilih merantau. Akibatnya, tidak banyak perubahan di desa karena minim ide atau gagasan dari kaum muda.

Masalah kemiskinan ini berdampak pada kehidupan sosial lain, di antaranya banyak warga yang yang terjerat utang rentenir. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPKB P3A) Wonogiri menyebut kemiskinan juga berdampak tingkat kekerasan seksual terhadap anak.

Anak dengan latar belakang orang tua miskin tidak banyak mendapatkan pendidikan dari keluarga. Sebab orang tua memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi soal pola pendidikan anak yang baik. Ditambah, perkembangan teknologi menjadikan anak begitu mudah berhubungan dengan orang lain yang tidak dikenal.

Kendati demikian, selama kurun waktu beberapa tahun, Wonogiri menunjukkan perbaikan demi perbaikan. Angka kemiskinan di Wonogiri tercatat mengalami tren penurunan.

Pada 2016 lalu, angka kemiskinan Wonogiri mencapai 13,12%, kemudian pada 2019 turun menjadi 10,25%. Saat pandemi Covid-19 angka kemiskinan merangkak naik menjadi 11,55% pada 2021, tetapi kembali turun menjadi 10,99%. 

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menargetkan angka kemiskinan di Wonogiri mencapai satu digit atau minimal 9% pada 2024. Target itu dinilai realistis.

Bahkan jika tidak ada pandemi Covid-19, target itu disebut sudah bisa tercapai sebelum 2024. Penanganan rumah tidak layak huni (RTLH), pemberian bantuan langsung tunai, dan pemberian lapangan pekerjaan melalui sektor padat karya menjadi strategi jangka pendek untuk menekan kemiskinan.

Sementara itu, strategi panjang untuk menekan kemiskinan yaitu dengan membangun sumber daya manusia. Peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) menjadi fokus Pemkab Wonogiri.

Selama kurun waktu 10 tahun terakhir, IPM Wonogiri terus meningkat. Pada 2012 IPM Wonogiri tercatat sebanyak 65,75% dan pada 2022 sudah mencapai 71,04% atau tingkatan tinggi. Sebagai informasi, komponen IPM terdiri atas dimensi kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran per kapita. 

“Kemiskinan itu ada karena ketidakadilan dan ketimpangan sosial, juga kebodohan,” kata Joko Sutopo dalam acara Malam Tirakatan Hari Jadi ke-282 Wonogiri, Kamis (18/5/2023).

Pria yang akrab disapa Jekek itu menjelaskan saat ini Pemkab menyediakan pendidikan gratis. Bahkan seragam sekolah pun disediakan secara gratis.

Selain itu, penyediaan anggaran beasiswa bagi mahasiswa berprestasi juga terus digelontorkan sejak 2016. Sejauh ini, sudah ada 2.758 mahasiswa yang telah menerima beasiswa tersebut. Mereka mendapatkan bantuan stimulus untuk menyelesaikan pendidikan kuliah senilai Rp12 juta/tahun. 

Pada sisi lain, kepesertaan penerima bantuan iuran (PB) BPJS Kesehatan bagi masyarakat kurang mampu terus digenjot. Catatan Solopos.com, pada September 2022 kepesertaan PBI BPJS Kesehatan di Wonogiri sebanyak 489.799 jiwa. 

Pada saat itu masih ada 20% warga yang masuk data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) belum terkaver PBI ini. Namun, Pemkab mengklaim kepesertaan PBI akan terus bertambah setiap tahun hingga seluruh warga yang masuk DTKS dapat terkaver. 

“Tahun lalu, kami anggarkan Rp7,5 miliar untuk beasiswa prestasi. Pada 2023 ini, kami naikkan menjadi Rp10 miliar. Otomatis nanti penerima beasiswa ini semakin banyak,” ujar dia.

Bupati Jekek yakin beberapa tahun ke depan masyarakat Wonogiri akan menjadi masyarakat yang mandiri, maju, dan sejahtera. Namun dengan syarat Pemkab bisa menjalankan pemerintah yang good and clear government. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya