SOLOPOS.COM - Objek wisata Soko Langit Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri. (Istimewa Pokdarwis)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah kepala desa atau kades di Wonogiri kaget dan heran setelah mengetahui wilayah mereka masuk daftar desa dengan kategori miskin ekstrem menurut data Pensasaran Percepatan Peghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan data tersebut, ada 71 desa di 22 kecamatan Kota Sukses yang masuk daftar desa dengan status miskin ekstrem. Sejumlah kepala desa (sekdes) dan sekretaris desa (sekdes) mengaku sama sekali tidak tahu apa indikator penentuan desa miskin ekstrem tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Lebih mengherankan lagi, Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, yang mendapat predikat sebagai Desa Wisata Terbaik Jateng 2022 juga masuk daftar tersebut. Kades Conto Rudi Cahyono saat dihubungi Solopos.com, Jumat (3/3/2023), mengaku kaget sekaligus heran desanya masuk kategori miskin ekstrem.

Ia memilai data P3KE tidak valid dengan kondisi di lapangan. Dia memgaku tidak tahu indikator apa saja yang digunakan dalam penentuan status miskin ekstrem tersebut.

“Saya kaget ketika tahu Conto masuk dalam daftar miskin ekstrem. Itu sama sekali enggak sesuai dengan kondisi di desa. Kami juga enggak tahu sebenarnya indikatornya apa saja, tiba-tiba diberi tahu seperti itu,” kata Rudi.

Menurut dia, hampir tidak ada keluarga miskin ekstrem di Desa Conto, Bulukerto, Wonogiri. Jumlah rumah tidak layak huni atau RTLH pun tinggal lima rumah. Tahun ini rencananya diselesaikan dua rumah dan tiga rumah lain pada 2024.

Pendapatan asli (PDA) Desa Conto pada 2022 lalu dengan situasi pemulihan dari masa pandemi Covid-19 mencapai Rp175 juta/tahun. Pendapatan itu banyak ditopang dari sektor wisata.

Seperti diketahui, Desa Conto merupakan salah satu desa wisata terbaik di Jawa Tengah pada 2022 lalu untuk kategori Sapta Pesona dan cleanliness, health, safety & environment sustainability.

Pemdes Conto sudah berupaya memverifikasi dan validasi atau verval data P3KE. Hal itu dilakukan untuk memutakhirkan data sehingga data tersebut sinkron dan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

“Senin [6/3/2023] besok akan ada final verval bersama Bappeda Litbang [Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan] Wonogiri,” ujar dia.

Terpisah, Sekretaris Desa (Sekdes) Mlokomanis Wetan, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, Anjar, juga mengaku heran dan tidak tahu mengapa desanya masuk daftar miskin ekstrem. Padahal kondisi desa tersebut tidak jauh berbeda dengan desa-desa lain di sekitarnya.

Menimbulkan Kegaduhan

“Data P3KE itu tidak valid. Kami juga enggak diberi tahu indikator penyematan status desa miskin ekstrem itu apa,” ucap Anjar. Menurut Anjar, data P3KE itu merupakan data lama dan sudah tidak relevan dengan keadaan sekarang.

Seharusnya data tersebut selalu dimutakhirkan sehingga tidak menimbulkan kebingungan dan kegaduhan dalam tata kelola pemerintahan. “Ini sudah dalam proses verval, pembaruan data itu,” kata dia.

Kepala Desa Brenggolo, Kecamatan Jatiroto, Wonogiri, Maryoto, juga mengaku bingung dengan status desa miskin ekstrem yang disematkan ke Desa Brenggolo berdasarkan data P3KE. Menurutnya, data tersebut tidak tepat dan perlu diverifikasi.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Wonogiri, Antonius Purnama Adi, menyatakan data P3KE merupakan data given dari pemerintah pusat. Kabupaten sama sekali tidak mengetahui apa indikator yang digunakan dalam penentuan keluarga miskin atau miskin ekstrem dalam data P3KE.

Saat ini data ini masih dalam tahap verbal di tingkat desa. “Bahkan menurut data P3KE [provinsi], di Wonogiri itu ada 71 desa yang berstatus miskin ekstrem. Tapi kami tidak tahu juga indikator penentuan status itu apa, itu data given,” ujar dia.

Tenaga Ahli Pendamping Desa Wonogiri, Satyagraha, menyampaikan data P3KE tersebut merupakan data percepatan kemiskinan pada 2021. Sehingga ada dimungkinkan ada perubahan kondisi keluarga dan desa selama rentang 2021 hingga 2021 ini.

Oleh karena itu, desa-desa tengah melakukan verval. Khusus 71 desa yang terdaftar sebagai desa miskin ekstrem, capaian verval sudah mencapai 87%. Ada 12 desa yang capaian vervalnya belum mencapai 70% sedangkan 59 desa sisanya sudah lebih dari 70% capaian verval data P3KE.

“Iya memang banyak pemdes yang bingung dengan data P3KE itu. Karena memang data itu dinilai tidak sesuai dengan kondisi riilnya. Tapi sebenarnya desa juga berperan dalam penyusunan data itu pada 2021 lalu,” kata Satya saat ditemui di Kantor PMD Wonogiri, Senin (27/2/2023).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya