SOLOPOS.COM - Ibu rumah tangga di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, Nur, memasak untuk berbuka puasa di rumahnya, Minggu (9/4/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Pengeluaran harian rumah tangga warga Wonogiri selama Bulan Puasa atau Ramadan 2023 ini justru membengkak. Bahkan ada sejumlah warga yang mengaku pembengkakannya sampai 100%.

Peningkatan pengeluaran itu karena perubahan pola konsumsi makanan yang berimbas pada peningkatan pengeluaran kebutuhan lain seperti listrik dan air.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu warga Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Basriati, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Minggu (9/4/2023), mengatakan pengeluaran rumah tangganya meningkat dua kali lipat saat Ramadan 2023 ini dibandingkan bulan lainnya.

Pada hari-hari biasa, dia hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Rp50.000/hari untuk tiga kali makan dia dan suaminya. “Kalau hari biasa, kami masak makanan seadanya, misalnya oseng, telur, ikan, atau sesekali daging. Rata-rata paling Rp50.000/hari untuk saya dan suami. Masakan siang bisa buat malam, jadi hemat,” kata Basriati.

Sementara saat Ramadan, lanjut dia, pola konsumsi itu berubah yang membuat pengeluaran warga Wonogiri itu menjadi membengkak. Basriati berupaya mengonsumsi makanan yang relatif lebih mahal dan dinilai lebih enak selama Ramadan, seperti ikan, daging, dan sayuran.

Selain itu, ada pengeluaran yang sebelumnya jarang dilakukan di luar Ramadan, misalnya membeli atau membuat es buah. Sehingga pengeluarannya untuk konsumsi makanan bisa mencapai Rp100.000/hari, naik 100% dari bulan-bulan lain per hari.

Menurut dia, setelah seharian berpuasa, muncul hasrat untuk mengonsumi segala makanan yang dinilai lebih enak dan bergizi meski harganya lebih mahal. Keinginan itu muncul secara naluriah.

Tidak Kaget

Pola konsumsi seperti itu sudah dilakukan terus menerus sejak dulu saat Ramadan sehingga tidak membuat dia kaget. Basriati juga berusaha mengonsumsi makanan yang berbeda saat berbuka puasa dan sahur yang turun membuat pengeluaran warga Wonogiri tersebut membengkak.

Hal itu dilakukan agar keluarganya tidak bosan. Meski begitu, pengeluaran untuk konsumsi makanan saat buka puasa lebih banyak dibandingkan saat sahur. “Saya kira banyak orang juga melakukan hal yang sama kalau Bulan Puasa begini, dan itu wajar ya,” kata

Hal serupa disampaikan Nur, warga Kecamatan Jatisrono, Wonogiri. Dia mengaku pola konsumsi keluarganya berubah saat Ramadan. Pengeluaran untuk konsumsi makanan meningkat antara 60%-100%.

Peningkatan pengeluaran konsumsi makanan itu berimbas pada peningkatan kebutuhan rumah tangga lain seperti air, listrik, dan gas elpiji. “Kalau Ramadan begini itu penginnya makan makanan yang enak terus. Katakanlah, kalau hari biasa sudah cukup dengan sayur dan oseng, kalu Ramadan harus ada ikan, daging, dan ini itulah, pokoknya penginnya itu banyak,” ujar Nur.

Seperti Basriati, peningkatan pengeluaran konsumsi warga Jatisrono, Wonogiri, itu juga karena dia mencoba mengonsumsi makanan yang pada hari-hari biasa jarang ia makan. Saat Ramadan, Nur kerap membuat agar-agar atau cemilan lain yang bisa dinikmati saat berbuka puasa.

Pemakaian Listrik dan Elpiji Meningkat

Ragam lauk pauk yang dikonsumsi pun lebih banyak. Akibatnya, konsumsi gas elpiji menjadi lebih banyak juga. Saat Ramadan begini, gas elpiji 3 kg habis dalam waktu sepakan. Padahal pada bulan atau hari lain, gas elpiji itu baru habis setelah dua pekan.

Imbas lain yaitu pada peningkatan tagihan listrik dan air. Hal itu tak bisa dihindari karena saat sahur Nur harus menyalakan lampu untuk penerangan mulai dari memasak hingga waktu subuh. Pada hari biasa, lampu penerang ruangan dipadamkan saat mulai tidur sekitar pukul 22.00 WIB hingga subuh.

“Biasanya, untuk makan itu cukup Rp50.000/hari buat dua orang. Kebetulan kan saya dan suami puasa semua kan, jadi konsumsinya malah meningkat, ya bisa Rp80.000/hari-Rp100.000/hari. Kalau tagihan listrik dan air paling meningkatnya enggak lebih dari 30%,” ucap dia.

Peningkatan pola konsumsi masyarakat saat Ramadan ini tidak hanya terjadi di Wonogiri. Penelitian yang ditulis Habriyanto berjudul Analisis Perbandingan Pola Konsumsi Masyarakat Kota Jambi Sebelum, Sesaat dan Sesudah Bulan Ramadhan di Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam pada 2019 menyatakan 95% dari 145 responden mengaku mengalami peningkatan pengeluaran saat Ramadan dibandingkan sesaat dan sesudah Ramada.

“Perbandingan konsumsi biaya makan dan minum jika dibandingkan bulan Ramadhan dengan bulan lainnya mengalami peningkatan berkisar 91%-100%,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya