Soloraya
Jumat, 6 Desember 2013 - 05:20 WIB

Walang Dapat Rp25 juta Sepekan, Pengemis Solo Juga Bisa

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengemis (Dok/JIBI)

Solopos.com, SOLO — Untuk mengatasi pengemis itu harus dilihat dari akar permasalahan dan membangun mentalitas mereka. Kasus pengemis di Jakarta yang bisa mendapatkan duit senilai Rp25 juta dalam waktu tujuh hari itu tak jauh beda dengan kondisi pengemis di Solo.

Pernyataan itu disampaikan anggota Komisi IV DPRD Solo, Reny Widyawati, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Kamis (5/12/2013). Menurut Reny, sebenarnya mereka bukanlah keluarga miskin yang kekurangan makanan, tetapi mereka bisa makan daging setiap hari. Reny menyebut penghasilan beberapa konstituennya yang menjadi pengemis.

Advertisement

“Ada konstituen mengaku sepi bila hanya dapat Rp70.000-Rp100.000/hari. Maka tidak aneh bila pengemis Jakarta itu bisa mendapat Rp25 juta hanya dalam waktu tujuh hari. Bicara masalah pengemis ini berarti bicara soal mentalitas. Sekarang, Solo ini kurang apa? Sekolah gratis, program nasional pemberdayaan masyarakat [PNPM] sasarannya keluarga miskin, penanggulangan kemiskinan terpadu, ada raskinda dan seterusnya. Tapi, karena mentalitas mereka pengemis, ya tetap turun ke jalan,” ujar Reny.

Reny mengatakan ada beberapa wilayah di Solo yang menjadi tempat hunian para pengemis ini, seperti di Joyotakan, Sangkrah, dan Semanggi. “Silakan lihat di Coyudan saat Jumat, pasti ada rombongan pengemis yang beraksi. Lihat juga di Alun-alun Selatan saat sore hari, baru duduk sudah datang pengemis dan pengamen. Mereka ini bekerja dengan sistem sif dan ada pembagian wilayah juga,” tambahnya.

Reny mengaku kesulitan untuk mengatasi pengemis ini. Menurut dia, upaya untuk menghilangkan pengemis dari Solo itu harus dilihat dari akar permasalahan mengapa mereka jadi pengemis, terutama yang melibatkan anak-anak.

Advertisement

“Ada yang karena putus sekolah, ada yang karena tidak ada perhatian orangtua dan seterusnya. Terkait dengan pengemis anak-anak ini, mungkin bisa dilakukan dengan menghidupkan kembali GNOTA [gerakan nasional orangtua asuh], ada pula perda perlindungan anak dan badan pemberdayaan perlindungan anak,” tambahnya.

Anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP) DPRD Solo, Honda Hendarto, berpendapat untuk mengatasi pengemis di Solo harus dilakukan razia ke sejumlah tempat mangkal mereka. Setelah dirazia, para pengemis itu kemudian dibina dengan sebenar-benarnya.

“Selama ini apa sudah ada pembinaan dalam arti sebenar-benarnya. Setelah mereka dirazia kemudian dikarantina. Mereka dibekali dengan keterampilan sesuai dengan keahlian mereka,” tambahnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif