Soloraya
Selasa, 7 Januari 2020 - 22:07 WIB

Wali Kota Solo Usulkan Rel Layang di Simpang Joglo, Ini Keuntungannya

Mariyana Ricky P.d  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Arus lalu lintas di palang KA Joglo seusai KA Bandara melintas, Senin (30/12/2019). (Solopos/Burhan Aris)

Solopos.com, SOLO -- Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo mengusulkan pembangunan elevated rail atau rel layang dibanding flyover atau jalan lintas atas di perlintasan rel kereta api (KA) Joglo, Banjarsari.

Pembangunan rel layang dinilai lebih efektif karena kereta api tidak lagi lewat (sejajar) jalan darat sehingga bisa memperlancar arus lalu lintas.

Advertisement

“Solusinya relnya dinaikkan atau rel layang. Biaya lebih murah dan kendaraan besar bisa melintas di bawahnya. Kalau overpass, dipastikan hanya kendaraan kecil seperti mobil, sepeda motor, dan sebagainya. Apalagi di sana ada simpang tujuh,” kata dia saat berbincang kepada wartawan, Senin (6/1/2020).

Rudy, sapaan akrabnya, menambahkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga punya usulan yang sama dan mereka minta dukungannya. Seperti diketahui, perlintasan KA Joglo makin padat dan macet setelah KA bandara beroperasi akhir Desember 2019 lalu.

Advertisement

Rudy, sapaan akrabnya, menambahkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga punya usulan yang sama dan mereka minta dukungannya. Seperti diketahui, perlintasan KA Joglo makin padat dan macet setelah KA bandara beroperasi akhir Desember 2019 lalu.

Cabuli 48 Laki-Laki, Mahasiswa Indonesia di Inggris Terancam Bui Seumur Hidup

Sebelum kereta tersebut aktif, jalur KA tersebut hanya dilewati beberapa kereta, seperti KA jurusan Semarang dan pengangkut barang. Kini, jalur itu semakin aktif karena ada 12 perjalanan pergi-pulang (PP) KA bandara.

Advertisement

Perlintasan sebidang kembali dibuka dengan menyertakan palang pintu, namun terbatas untuk kendaraan roda dua maupun kendaraan lambat. Ia berharap diskresi itu disetujui untuk memecah kemacetan sebagai dampak pembangunan flyover Purwosari.

Usulan Rudy senada dengan perencana Transportasi Perkotaan Lingkar Studi Transportasi Indonesia (Transportologi), Septina Setyaningrum. Menurutnya, manajemen rekayasa lalu lintas (MRLL) dinilai tidak akan efektif untuk mengantisipasi kemacetan.

Segera Dibangun, Flyover Purwosari Solo Korbankan 377 Pohon

Advertisement

"Kalau flyover [di simpang Joglo], saya enggak bisa membayangkan bagaimana bentuknya. Flyover Manahan yang bercabang tiga saja sudah cukup rumit, apalagi simpang tujuh,” kata dia, belum lama ini.

Septina tidak bisa memperkirakan bagaimana dampaknya apabila di simpang Joglo dibangun flyover. Dampak tersebut di antaranya ongkos pembebasan lahan, dampak lingkungan dan perekonomian sekitar flyover hingga pada kendaraan berat yang setiap hari melintas.

Ia memaklumi apabila usulan flyover muncul dari masyarakat pengguna kendaraan pribadi karena mereka bisa dengan mudah melintasinya. Namun, pengemudi kendaraan berat seperti truk tronton, peti kemas, dan sebagainya dipastikan akan kesulitan. Kendaraan harus ancang-ancang saat lintasan naik, kemudian perlahan turun.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif