Solo (Solopos.com) – Walikota Solo, Joko Widodo, menyatakan pedagang tak perlu risau dengan rencana pengembangan kawasan Pasar Gede menjadi wisata belanja. Dirinya menilai di masa mendatang kawasan itu akan tumbuh menjadi kawasan plural dan pembauran sosial baru.
”Tidak ada itu niat untuk mengotak-kotakkan pedagang dengan warga lain. Justru ke depan wilayah itu berpotensi menjadi tempat pembauran sosial yang tidak terlihat,” ujarnya Senin (6/6/2011) malam lalu. Jokowi menganggap istilah Solo sebagai kota sumbu pendek sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Menurutnya, masyarakat Solo sudah dewasa dalam menyikapi perbedaan. ”Janganlah selalu ditakut-takuti, sedikit-sedikit dibilang rawan gesekan. Itu semua masa lalu,” tuturnya.Dipaparkan Walikota, Pemkot sudah memperhitungkan semua dampak terkait pengembangan wilayah Pasar Gede itu. ”Urban planning dan urban design-nya sudah diperhitungkan tersendiri oleh tim ahli. Jadi bukan dari Jokowi,” ucapnya sambil tersenyum.
Lebih lanjut, dirinya menolak anggapan pedagang yang menilai dirinya melakukan pemaksaan kehendak. Pemkot, imbuhnya, justru akan intens berkomunikasi dengan pedagang hingga tercapai kesepakatan. ”Dalam pekan ini pedagang akan kami kumpulkan. Rencananya pedagang akan diajak bicara hingga empat kali.”
Dalam pertemuan itu, jelas Jokowi, akan dibahas besaran kontribusi yang bisa diberikan Pemkot pada pedagang. Di samping itu, teknis penyesuaian bangunan pedagang dengan rencana pengembangan kawasan akan kembali dievaluasi. ”DED (detail engineering design–red) pun masih bisa di-review jika memang benar-benar dibutuhkan. Kami berusaha fleksibel,” katanya.
Ihwal komoditas yang dipandang pedagang kurang cocok, pihaknya sudah menyiapkan solusi. Dipaparkan Jokowi, sejumlah jalan di sekitar Pasar Gede yang tidak produktif akan diarahkan menjadi kawasan night market. ”Konsepnya hampir sama dengan Ngarsopuro. Titik-titik ekonomi di sekitar Pasar Gede akan digeliatkan. Sehingga warga di sekitar sana pun bisa meraih manfaatnya,” pungkas Jokowi.
m99