Soloraya
Kamis, 31 Maret 2022 - 18:11 WIB

Warga Delanggu Ini Berani Ungkap Dampak Negatif Pembangunan Pabrik

Taufiq Sidik Prakoso  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Spanduk tuntutan warga terpasang di depan PT Sumber Sandang Top, Desa Dukuh, Kecamatan Delanggu, Kamis (31/3/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Dukuh, Kecamatan Delanggu menggelar aksi damai di depan pabrik PT Sumber Sandang Top, Desa Dukuh, Kamis (31/3/2022) pagi. Akibat pembangunan pabrik dinilai telah berdampak negatif ke para petani.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, aksi warga digelar dengan menggelar longmarch dari kantor desa menuju pabrik sekitar pukul 07.30 WIB. Aksi itu mendapatkan kawalan polisi.

Advertisement

Mereka lantas menancapkan poster-poster kecil berisi aspirasi mereka. Selain itu, warga menancapkan poster besar berisi 13 tuntutan kepada pemilik pabrik. Warga juga menggelar orasi di depan pintu pabrik yang saat ini masih dalam proses pembangunan. Warga lantas kembali lagi ke kantor desa.

Baca Juga: Ini Hasil Mediasi Warga Dukuh Delanggu dan PT Sumber Sandang Top

Perwakilan warga Dukuh, Sugiyono, mengakui mediasi sebenarnya sudah berulang kali dilakukan namun berakhir deadlock. Tuntutan utama warga yakni alur sungai dan jalan berada di luar kawasan pabrik. Pasalnya, sungai difungsikan untuk irigasi sekitar 60 ha sawah.

Advertisement

“Kenapa kami menuntut itu dikembalikan karena itu haknya umum. Jadi yang haknya umum itu tidak boleh dikuasai siapapun,” jelas dia, Kamis.

Dia juga menjelaskan ada saluran irigasi yang kini rusak mengakibatkan 12 patok sawah tak bisa digarap sejak proyek pembangunan pabrik itu berjalan hingga kini. Proyek pembangunan pabrik itu sudah bergulir hampir tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Ini Tuntutan Warga Dukuh Delanggu di Depan PT Sumber Sandang Top

Advertisement

“Sudah sekitar dua tahun itu memberi kompensasi saja kepada yang punya sawah per patok hanya Rp1,5 juta. Sementara, kalau panen saat musim hujan seperti ini harga senilai Rp3 juta-Rp4 juta per patok. Saat musim kemarau bisa sampai Rp6 juta-Rp7 juta,” kata dia.

Anggota tim legal pabrik, Aris Prabowo, mengatakan perusahaan mengakomodasi aspirasi warga. Dia juga menjelaskan hingga kini pabrik garmen itu masih dalam proses pembangunan. Soal tindak lanjut menanggapi tuntutan warga, Aris mengatakan perusahaan segera berkomunikasi lagi dengan pemerintah desa dan warga.

“Kami komunikasi lagi dengan pihak desa. Dalam arti semua prosedur kami penuhi. Apa yang menjadi kewajiban terhadap lingkungan kami penuhi. Pabrik belum beroperasi, masih proses pembangunan. Luas pabrik sekitar 11 ha dan nantinya pabrik bisa menyerap 9.000 tenaga kerja,” kata Aris.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif