Soloraya
Sabtu, 29 Juli 2023 - 16:24 WIB

Warga Desa Pranan Sukoharjo Menggantungkan Hidup dari Menanam Jambu Air

Magdalena Naviriana Putri  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga memetik jambu di salah satu kebun di Desa Pranan, Polokarto, Sukoharjo, Sabtu (29/7/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Pohon jambu air menjadi salah satu potensi yang dimiliki Desa Pranan, Polokarto, Sukoharjo. Setidaknya 3.500 batang pohon buah ini tumbuh subur di Desa Pranan dan jadi sumber penghidupan bagi warga di sana.

Setiap rumah warga di 16 RT di desa setempat rata-rata memiliki pohon jambu air minimal satu batang. Salah satu petani jambu desa setempat, Sugino, 50, mengatakan butuh waktu tiga tahun biar bisa berbuah, itu pun dengan catatan pohonnya harus terawat.

Advertisement

Kali pertama menanam pohon Jambu, menurut Sugiono para petani biasanya menggunakan teknik cangkok. Sementara sekitar 20 pohon yang dirawatnya itu kini telah berusia sekitar 10 tahun.

“Dalam setahun para petani jambu dapat memanen hingga empat kali. Tahun ini panen pertama pada saat Lebaran, kemudian bulan ini yang kedua. Perkiraan hingga Oktober-September masih bisa dipanen,” kata Sugino saat bercerita di bawah rindangnya pohon jambu di kebunnya, Sabtu (29/7/2023).

Advertisement

“Dalam setahun para petani jambu dapat memanen hingga empat kali. Tahun ini panen pertama pada saat Lebaran, kemudian bulan ini yang kedua. Perkiraan hingga Oktober-September masih bisa dipanen,” kata Sugino saat bercerita di bawah rindangnya pohon jambu di kebunnya, Sabtu (29/7/2023).

Saat memasuki masa panen, jambu-jambu tersebut tak lantas dipetik dalam waktu bersamaan. Biasanya setiap dua hari sekali masing-masing pohon bisa dipanen. Tiap pohon rata-rata menghasilkan 1 kuintal buah jambu dalam sekali musim panen.

Biasanya Sugiono merawat pohon-pohon jambu tersebut dengan menggunakan pupuk NPK. Untuk merangsang pohon-pohon tersebut berbuah, ia harus menyemprotkan beberapa vitamin tanaman ke batang-batangnya. Ini agar bunga yang menghasilkan buah jambu bermunculan.

Advertisement

Sempat Tanam Kedondong dan Mangga

Kepala Desa Pranan, Sarjanto, mengungkapkan musim panen kali ini menghasilkan cukup banyak buah jambu. Panen pada musim kedua ini telah berlangsung sejak pertengahan Juli da diperkirakan hingga awal September 2023.

Sekitar 80% warga Desa Pranan menggantungkan hidup mereka dengan menjadi bakul buah. Selain menjadi penjual, mereka juga berupaya membudidayakan tanaman buah. Sebelum menanam jambu, warga sempat menanam pohon kedondong. Kemudian mereka beralih menanam mangga karena dianggap lebih menguntungkan.

“Sekitar 10-15 tahun terakhir mereka melihat potensi jambu air. Ternyata jambu air tersebut tak hanya panen satu kali, selain itu harga di Soloraya cukup menjanjikan. Maka warga mengganti pohon mangga dengan jambu,” ujar Sarjanto.

Advertisement

Warga rata-rata menjual buah secara eceran. Ada pula yang memilih menjadi tengkulak. Selain di Soloraya jambu air asal Desa Pranan itu juga dijual ke Jakarta, Bandung, Surabaya dan daerah lain di sekitar Sukoharjo. Tetapi kebanyakan lebih memilih fokus pada penjualan pinggir jalan lantaran dianggap lebih menguntungkan.

“Tahun ini kami berencana menggelar festival jambu pada awal September. Akan ada tiga segmen, yakni pawai bronjong merdeka, lomba sepeda dengan beban sebelah, dan festival jambunya sendiri. Setiap kegiatan punya kekhasan masing-masing dan telah hidup di Pranan,” paparnya.

Lebih lanjut, Sarjanto menyebut ada beberapa wisatawan yang pernah berkunjung ke desanya. Sayangnya konsep wisata di desanya itu belum digarap matang sehingga kedatangan wisatawan tak berkelanjutan. Warga lebih memilih fokus berjualan jambu air dengan harga Rp10.000/kg.

Advertisement

Ada juga warga yang memilih menjual perlengkapan memanen dan berjualan, seperti bronjong dan tongkat pemetik buah yang telah dimodifikasi dengan kain.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif